Jumat, 24 Juni 2016

TUGAS MK DESAIN GRAFIS DAN ANIMASI




MS. PUBLISHER dan ADOBE PHOTOSHOP

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Desain Grafis dan Animasi Yang Diampu Oleh Yulina, S.Kom, MMSI.

Disusun Oleh :

Nama    : Desi Anggraini
NPM     : 1384202010
Prodi     :Pendidikan Matematika
Kelas     : Matematika VI A


 


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP MUHAMMADIYAH KOTABUMI
LAMPUNG UTARA
2016




Ini kumpulan foto dari tugas mk desain grafis dan animasi
1.      Contoh advertisement (Microsoft Publisher 2010)


2.      Contoh brosur 2 bagian (Microsoft Publisher 2010)
Bagian 1


Bagian 2

3.      2 Contoh calender (Microsoft Publisher 2010)
ccalender aisiyah
calender setiap bulan

4.      Contoh catalog (menu makanan) 3 bagian (Microsoft Publisher 2010)
Bagian 1

Bagian 2

Bagian 3

5.      Contoh label (Microsoft Publisher 2010)

6.      Contoh news latter 3 bagian (Microsoft Publisher 2010)
Bagian 1

Bagian 2

Bagian 3

7.      Contoh Adobe PhotoshopCS5 (Microsoft Publisher 2010)
 

 
Inilah tugas saya, semoga bermanfaat bagi pembaca.

Rabu, 11 Mei 2016

SUPERVISI PENDIDIKAN dan KEPEMIMPINAN



MAKALAH PRESENTASI KELOMPOK VII PROFESI










DISUSUN OLEH KELOMPOK VII:
Ali Mustofa                         (1384202060)
Desi Anggraini                    (1384202010)
Dewi Ratna Oktasari                   (1384202026)
Nuramina Saroh                 (1384202009)
Retno Palupi                       (1384202013)
PRODI                                 : P. MATEMATIKA 3A
DOSEN PENGAMPU        : Dr. Badawi, SH. M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH KOTABUMI-LAMPUNG
T.P. 2014–2015

BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Supervisi pendidikan atau yang lebih dikenal dengan pengawasan pendidikan memiliki konsep dasar yang saling berhubungan. Dalam konsep dasar supervisi pendidikan dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep supervisi pendidikan itu sendiri. Pendidikan berbeda dengan mengajar, pendidikan adalah suatu proses pendewasaan yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dengan memberikan stimulus positif yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan pengajaran hanya mencakup kognitif saja artinya pengajaran adalah suatu proses pentransferan ilmu pengetahuan tanpa membentuk sikap dan kreatifitas peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan haruslah diawasi atau disupervisi oleh supervisor yang dapat disebut sebagai kepala sekolah dan pengawas-pengawas lain yang ada di departemen pendidikan.
Pengawasan ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan pegawai sekolah lainnya dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan yang baik dan bimbingan serta masukan tentang cara atau metode mendidik yang baik dan professional. Dalam perkembangannya supervisi pendidikan memberikan pengaruh yang baik pada perkembangan pendidikan di Indonesia sehingga para pendidik memiliki kemampuan mendidik yang kreatif, aktif, efektif dan inovatif.
Salah satu kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah yang berperan sepenuhnya  untuk menghadapi  perubahan yaitu kepala sekolah, perilaku kepala sekolah  yang mampu memprakarsai  pemikiran baru terhadap proses interaksi di lingkungan sekolah dengan melakukan perubahan, tujuan, sasaran konfigurasi, prosedur, input, proses atau output dari suatu sekolah sesuai dengan ketentuan perkembangan.
Esensi kepala sekolah adalah  kepemimpinan pengajaran, seorang kepala sekolah adalah seorang yang benar-benar pemimpin, seorang inovatif. Oleh sebab itu, kepemimpinan kepala sekolah yang jadi kunci keberhasilan sekolah.
B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah di atas, maka permasalahan yang akan dibahas yaitu:
1.    apa pengertian dari supervisi pendidikan?
2.    apa saja fungsi dan tujuan dari supervisi pendidikan?
3.    siapa yang menjadi sasaran dalam supervisi pendidikan?
4.    bagaimana ruang lingkup dan teknik dari supervisi pendidikan?
5.    apa pengertian dari kepemimpinan pendidikan?
6.    apa fungsi kepemimpinan kepala sekolah?




C.           Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.    mengetahui tentang pengertian supervisi pendidikan,
2.    mengetahui fungsi dan tujuan supervisi pendidikan,
3.    mengetahui sasaran dalam supervisi pendidikan,
4.    mengetahui ruang lingkup dan teknik dari supervisi pendidikan,
5.    mengetahui pengertian kepemimpinan pendidikan, dan
6.    mengetahui fungsi kepemimpinan kepala sekolah.

D.           Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1.    guna menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa mengenai supervisi pendidikan, dan
2.    dapat bermanfaat dan memberikan informasi tentang bagaimana proses penanganan dan penyelesaian masalah mengenai pendidikan sekarang ini.





















BAB II
“SUPERVISI PENDIDIKAN”
A.           Konsep Supervisi
Secara morfologis Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti di atas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan, orang yang berposisi di atas, atau pimpinan  terhadap hal-hal yang ada di bawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.
Secara sematik Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.
Supervisi merupakan bagian dari proses administrasi dan manajemen. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan, istilah “pendidik” digunakan untuk sebutan sekelompok tenaga fungsional yang mengawasi pelaksanaan pendidikan non formal, sedangkan pengawasan untuk mengawasi  pelaksanaan pendidikan formal.
Beberapa ahli mendefinisikan supervisi sebagai sesuatu yang bersifat pembinaan dan peningkatan kualitas kerja seseorang atau organisasi.
Dalam kaitan dengan kegiatan supervisi, perlu dipertimbangkan interaksi antara harapan birokrasi dan kebutuhan individu. Harapan birokrasi mewakili kepentingan pihak supervisor dalam organisasi supervisi (seperti kepala sekolah, dan pengawas sekolah) sedangkan kebutuhan individual mewakili kepentingan pihak yang disupervisi (seperti guru, dan tenaga administrasi sekolah). Hoy dan Miskel menggambarkan kaitan antara harapan birokrasi dengan kebutuhan individual dengan gambar berikut.
 
 
Garis A menggambarkan situasi interaksi dimana prilaku organisasi dikontrol lebih dominan oleh harapan birokrasi. Garis B menggambarkan sebaliknya, situasi interaksi dimana prilaku organisasi dikontrol lebih dominan kebutuhan individu.
B.            Fungsi Supervisi Pendidikan
Secara garis besar fungsi supervisi dapat dikelompokkan dalam tiga bidang yaitu kepemimpinan, kepengawasan, dan pelaksana. Fungsi kepemimpinan melekat pada seorang supervisor karena dia adalah pemimpin. Begitu pula pengawas yang tugas pokoknya melakukan pengawasan. Sedangkan fungsi pelaksana terdapat pada supervisor, karena ia adalah para pelaksana di lapangan yang dalam istilah bakunya adalah pejabat fungsional, sama halnya dengan guru dan kepala sekolah.

1.    Fungsi Kepemimpinan
Rincian dalam fungsi kepemimpinan, seorang supervisor hendaknya melaksanakan hal-hal sebagai berikut.
a.    Meningkatkan semangat kerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah yang berada di bawah tanggung jawab dan kewenangannya.
b.    Mendorong aktifitas dan kreatifitas serta dedikasi seluruh personil sekolah.
c.    Mendorong terciptanya suasana kondusif di dalam dan di luar lingkungan sekolah.
d.   Menampung, melayani, dan mengakomodir segala macam keluhan aparat kependidikan di sekolah tersebut dan berusaha membantu pemecahannya.
e.    Membantu mengembangkan kerja sama dan kemitraan kerja dengan semua unsur terkait.
f.     Membantu mengembangkan kegiatan intra dan ekstra kurikuler di sekolah.
g.    Membimbing dan mengarahkan seluruh personil sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran pada sekolah tersebut.

2.    Fungsi Pengawasan
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, supervisor hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.
a.    Mengamati dengan sungguh-sungguh pelaksanaan tugas kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah diketahui dengan jelas tugas yang dilaksanakan itu sesuai dengan rencana atau tidak.
b.    Memantau perkembangan pendidikan di sekolah yang menjadi tanggungjawab dan kewenangannya termasuk belajar siswa pada sekolah yang bersangkutan.
c.    Mengawasi pelaksanaan administrasi sekolah secara keseluruhan yang di dalamnya terdapat administrasi personil, materil, kurikulum, dan sebagainya.
d.   Mengendalikan penggunaan dan pendistribusian serta pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah tersebut.

3.    Fungsi Pelaksana
Dalam melaksanakan fungsi pelaksana, seorang supervisor hendaknya memperhatikan kegiatan-kegiatan berikut.
a.    Melaksanakan tugas-tugas supervisi / pengawasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b.    Mengamankan berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
c.    Melaporkan hasil supervisi / pengawasan kepada pejabat yang berwenang untuk dianalisis dan ditindaklanjuti.




C.           Peran dan Tugas Supervisi
Supervisor yaitu orang yang melakukan kegiatan supervisi. Secara rinci sebelum mengetahui tentang professionalisme supervisor, maka terlebih dahulu mengetahui peran dan fungsi seorang supervisor.
1.    Peran Supervisor
Peranan pertama supervisor secara umum.
a.    Pemimpin
Seorang supervisor harus melaksanakan kepemimpinannya sedemikian rupa, sehingga kepala sekolah yang disupervisinya dapat ditingkatkan menjadi kepala sekolah yang lebih bertanggungjawab.
b.    Inspeksi
Sebagai seorang supervisor supervisi pendidikan sebagai inspeksi yaitu sebagai alat kontrol sampai dimana ketentuan-ketentuan yang dijalankan dalam kegiatan di dalam persekolahan.
c.    Penelitian
Untuk dapat menemukan sebab-sebab yang menghambat hasil belajar, mencari dan menemukan cara metode yang kiranya dapat meningkatkan proses dan hasil belajar, serta untuk memperoleh data yang dipakai untuk menyusun program peningkatan guru secara menyeluruh.
Peran supervisor adalah sebagai pembimbing, pengawasan dan pemantau yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam melaksanakan proses belajar-mengajar dan kegiatan sekolah secara menyeluruh karena pada intinya supervisor mempunyai  peran ganda yaitu pengatur dan penggerak dalam suatu kegiatan di sekolah.
Peranan kedua supervisor harus memantau bagaimana keadaan peserta didiknya baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor, melalui laporan setiap guru sejauh mana perkembangan peserta didiknya.
Selain itu juga peranan supervisor adalah sebagai berikut.
a.    Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan sebenarnya dan peran sekolah untuk mencapai tujuan itu.
b.    Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif.
c.    Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-aktivitas dan kesulitan-kesulitan mengajar belajar, serta menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
d.   Memperbesar ambisi-ambisi guru untuk meningkatkan karyanya secara maksimal dalam bidang profesinya (keahlian) meningkatkan “achievement motive”.
e.    Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif serta untuk memperbesar kesediaan untuk tolong-menolong.
f.     Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan pimpinan sekolah kepada masyarakat dalam pengembangan program-program pendidikan.
g.    Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta didik.
h.    Mengembangkan “esprit de corps” guru-guru yaitu adanya rasa persatuan dan kesatuan (kolegalitas) antar guru-guru.
i.      Meningkatkan belajar siswa dan meningkatkan perbaikan kualitas kehidupan masyarakat.
j.      Untuk memupuk kualitas kepemimpinan dalam menjamin adanya kontinyuitas dan penyesuaian kembali secara konstan dalam program pendidikan.
k.    Tujuan langsung supervisi yaitu:
ü supervisi melalui sekalian usaha yang dapat digunakan, sebaiknya menemukan metode-metode belajar dan mengajar yang sudah diperbaiki,
ü supervisi hendaknya menciptakan iklim fisik, sosial dan pskiologis untuk belajar, dan
ü supervisi hendaknya mengkoordinasi dan mengintergrasikan sekalian upaya dan material perbaikan serta mengadakan kontinyuitas.

2.    Tugas Pokok Supervisor
Secara logika supervisor harus mengenal dan mengetahui secara spesifik dunia pendidikan baik dari segi tenaga pendidk, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Oleh karena itu, supervisor harus mempunyai kompetensi dan kreatifitas bagaimana caranya untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan kode etik keguruan.
Secara khusus dan lebih konkret, kegiatan-kegiatan yang mungkin dilakukan oleh seorang supervisor adalah sebagai berikut.
a.    Menghadiri rapat atau pertemuan organisasi-organisasi profesional.
b.    Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.
c.    Mendiskusikan metode-metode dan teknik dalam rangka pembinaan dan pengembangan proses belajar-mengajar.
d.   Membimbing guru-guru dalam penyusunan program catur wulan atau program semester, dan program satuan pelajaran.
e.    Membimbing guru-guru dalam memilih dan menilai buku-buku untuk perpustakaan sekolah dan buku-buku pelajaran bagi murid.
f.     Membimbing guru-guru dalam menganalisis dan menginterpretasi hasil tes dan penggunaannya bagi perbaikan pembelajaran.
g.    Melakukan kunjungan kelas dalam rangka melakukan supervisi klinis.
h.    Mengadakan kunjungan observasi bagi guru-guru demi perbaikan cara mengajarnya.
i.      Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalah-masalah yang mereka hadapi atau kesulitan-kesulitan yang mereka alami.
j.      Menyelenggarakan manual atau bulletin tentang pendidikan dalam ruang lingkup bidang tugasnya.
k.    Berwawancara dengan orang tua murid dan pengurus BP3 atau PMOG tentang hal-hal yang mengenai tentang pendidikan anak-anak mereka.

D.           Tujuan Supervisi Pendidikan
Menurut Soecipto dan Kosasih kegiatan supervisi dilaksanakan melalui berbagai proses pemecahan masalah pembelajaran. Tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran di sekolah dengan cara perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi pendidikan tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pembelajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran.
Dilihat dari peran dan tujuan supervisi, Soetjipto dan Kosasih mengatakan ada dua tujuan, yaitu :
1.    supervisi traktif
Yaitu supervisi yang bertujuan untuk melakukan perubahan kecil untuk menjaga kontinyuitas. Bentuk supervisi ini berupa pertemuan rutin guru-guru untuk mendiskusikan kesulitan-kesulitan ringan, dan lain-lain.

2.    supervisi dinamik
Yaitu supervisi yang diarahkan untuk melakukan perubahan besar secara lebih intensif berkaitan dengan praktek pembelajaran di sekolah.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses supervisi pendidikan, kegiatan supervisi perlu dilandasi hal-hal berikut.
a.    Kegiatan supervisi pendidikan harus berlandaskan nilai-nilai pancasila.
b.    Pemecahan masalah supervisi harus berlandaskan pendekatan ilmiah dan dilakukan secara kreaktif. Pendekatan ilmiah berarti berfikir secara logis, objektif, mengacu pada data yang dapat diverifikasi dan terbuka terhadap kritik.
c.    Keberhasilan supervisi harus dinilai sejauh mana kegiatan tersebut menunjang prestasi belajar peserta didik.
d.   Supervisi pendidikan harus menjamin kontinuitas perbaikan dan perubahan program pembelajaran.
e.    Supervisi pendidikan bertujuan mengembangkan keadaan yang favorable untuk terjadinya proses pembelajaran efektif.
Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah:
1.    membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan,
2.    membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid,
3.    membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern,
4.    membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri,
5.    membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar,
6.    membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid,
7.    membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka,
8.    membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya,
9.    membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber yang berasal dari masyarakat,
10.              membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.

E.           Sasaran Supervisi Pendidikan
Kegiatan supervisi yang sesuai dengan sasarannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1.    supervisi akademik
Supervisi ini lebih menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar mengajar.

2.    supervisi administrasi
Supervisi yang lebih menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran.

Di samping dua macam supervisi yang disebut dengan objeknya atau sasarannya, ada lagi supervisi yang lebih luas yaitu supervisi lembaga dan akreditasi. Yang membedakan antara kedua hal tersebut adalah pelaku dan waktu dilaksanakannya. Supervisi lembaga dilakukan oleh orang yang ada di dalam lembaga yaitu kepala sekolah dan dari luar lembaga yaitu pengawas secara terus menerus, sedangkan supervisi akreditasi dilakukan oleh tim dari luar hanya dalam waktu-waktu tertentu. Tujuannya sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga baik parsial maupun keseluruhan. Dengan kata lain yang menjadi sasaran atau objek supervisi akademik, supervisi administrasi, supervisi lembaga, dan supervisi akreditasi adalah sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga, tetapi lingkup dan harapan tentang kualitasnya berbeda.

F.            Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan terdapat tiga unsur pokok yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya unsur-unsur yang dimaksud adalah personal, material, dan operasional. Oleh sebab itu, ruang supervisi pendidikan pun mencakup ketiga unsur tersebut yang bila dijabarkan sebagai berikut.

1.    Unsur Personal
Lingkup pertama dalam supervisi pendidikan adalah para personal dalam sekolah yang disupervisi, para personal yang dimaksud adalah Kepala Sekolah, pegawai tata usaha, guru, siswa.
a.    Kepala Sekolah
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap kepala sekolah yaitu:
ü masalah jalannya pendidikan dan pengajaran,
ü masalah program pendidikan dan pengajaran disekolah,
ü masalah kepemimpinan kepala sekolah,
ü masalah administrasi sekolah,
ü masalah kerja sama sekolah lain dan instansi terkait lainnya,
ü masalah kebijaksanaan sekolah yang menyangkut kegiatan intra dan ekstra kurikuler,
ü masalah BP3, POMG, dan lain-lain.
b.   Pegawai Tata Usaha
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap tata usaha sekolah dan seluruh stafnya antara lain:
ü masalah administrasi sekolah,
ü masalah data dan statistik sekolah,
ü masalah pembukuan,
ü masalah surat menyurat dan kearsipan,
ü masalah rumah tangga sekolah,
ü masalah pelayanan terhadap kepala sekolah, guru dan siswa,
ü masalah laporan sekolah dan lain-lain.
c.    Guru
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap guru antara lain:
ü masalah wawasan dan kemampuan,
ü masalah kehadiran dan aktivitas guru,
ü masalah persiapan mengajar guru, mulai dari penyusunan analisis materi pelajaran, program tahunan, program semester, program satuan pelajaran sampai dengan persiapan mengajar harian atau perencanaan pengajaran,
ü masalah pencapaian target kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler,
ü masalah kerjasama guru dengan siswa, dengan sesama guru, dengan tata usaha dan dengan kepala sekolah,
ü masalah tri pusat pendidikan yang terdiri atas sekolah, keluarga dan masyarakat,
ü masalah kemampuan belajar siswa.
d.   Siswa
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap siswa antara lain:
ü motivasi belajar siswa,
ü tingkat kesulitan yang dialami siswa,
ü keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan intra dan ekstra kurikuler,
ü pengembangan organisasi siswa,
ü sikap guru dan kepala sekolah terhadap siswa,
ü keterlibatan orang tua siswa dalam berbagai kegiatan sekolah,
ü kesempatan memperoleh pelayanan secara prima dari sekolah.

2.    Unsur Material
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap material dan sarana fisik lainnya:
a.    ketersediaan ruangan untuk perpustakaan, labolaturium, ruang praktek ibadah, aula dan lain-lain,
b.    pengelolaan dan perawatan terhadap fasilitas tersebut,
c.    pemanfaatan buku-buku teks pokok dan buku-buku penunjang,
d.   pemanfaatan dan perawatan alat-alat kesenian dan sebagainya.

3.    Unsur Operasional
Hal-hal yang perlu disupervisi dari unsur operasional antara lain:
a.    masalah yang berkaitan dengan teknik edukatif, yang mencakup:
ü kurikulum,
ü proses belajar mengajar,
ü evaluasi/penilaian,
ü kegiatan ekstra kurikuler.
b.    masalah yang berkaitan dengan teknik administrasi, mencakup:
ü administrasi personal,
ü administrasi material,
ü administrasi kurikulum dan sebagainya.
c.    masalah yang berkaitan dengan koordinasi dan kerjasama, mencakup:
ü sekolah dengan keluarga dan masyarakat,
ü sekolah dengan sekolah-sekolah lainnya,
ü sekolah dengan lembaga swadaya masyarakat,
ü sekolah dengan organisasi kepemudaan,
ü sekolah dengan instansi pemerintah terkait.

G.           Teknik dan Metode supervisi
Metode dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh oleh pengawas pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai oleh system perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri, sedangkan teknik adalah langkah-langkah konkrit yang dilaksanakan oleh seorang supervisor, dan teknik yang dilaksanakan dalam supervisi dapat ditempuh melalui berbagai cara, yakni pada prinsipnya berusaha merumuskan  harapan-harapan menjadi sebuah kenyataan.
Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru-guru dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
Dalam supervisi terdapat dua teknik besar, yakni teknik individual dan teknik kelompok.
Tabel teknik individual
NO
Teknik Supervisi
Prinsip Dasar Supervisi
Tujuan Supervisi
Analisis
1.
Observasi
Perekaman informasi secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar
Memvalidasi keberhasilan tujuan pendidikan yang dilakukan oleh guru
Timbulnya kesan serta kesenjangan antara atasan dan bawahan
2.
Pertemuan Individu
Dilaksanakan setelah observasi dilakukan, sehingga terjalin hubungan akrab
Menganalisa kesulitan-kesulitan belajar baik yang ditimbulkan oleh guru maupun oleh komponen yang lain
Hendaknya dilakukan oleh supervisor yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi.
3.
Kunjungan Antar Guru
Pertukaran pengalaman yang dilaksanakan oleh forum guru
Meningkatkan sikap, keterampilan serta pengetahuan
Menumbuhkan prinsif pengajaran yang menyenangkan oleh berbagai pihak
4.
Evaluasi Diri
Menumbuhkan dan mengembangkan potensi diri secara akurat
Menumbuhkan dan membangkitkan keberanian diri pada guru
Kesulitan yang dihadapi akan kembali pada sejauhmana masing-masing individu memiliki kesadaran diri
5.
Bulletin Supervisi
Pemusatan hasil belajar berdasarkan secara menyeluruh
Menciptakan komunikasi internal dan bersifat pengembangan staf
Pengoptimalisasian media cetak bagi pendidikan
6.
Bacaan Profesional
Memperkaya pengalaman individual
Penggalian potensi diri secara akurat
Ketersediaan sarana sekolah menjadi penghambat utama
7.
Menulis Profesional
Mengoptimalkan potensi diri melalui tulisan ilmiah
Meningkatkan kemandirian profesional
Kurangnya percaya diri dalam menulis yang dirasakan oleh banyak kalangan, serta media yang kurang mendukung

Tabel teknik kelompok
NO
Teknik Supervisi
Prinsip Dasar Supervisi
Tujuan Supervisi
Analisis
1.
Rapat Sekolah
Merencanakan bersama-sama visi. Misi, orientasi dan strategi sekolah
Memperbaiki kualitas personil staf dan program sekolah
Rapat berjenjang dengan memperhatikan kualitas efektifitas dan efisiensi
2.
Orientasi Guru Baru
Memperkenalkan dan memperkaya pengalaman dengan jalan bertukar pengalaman
Mendapatkan informasi bagi guru baru tentang sekolah terkait
Jarang dilakukan karena kurangnya kesadaran untuk hal tersebut
3.
Laboratorium Kurikulum
Membantu pengembangan kurikulum bagi pihak terkait, terutama guru
Membantu guru dan personil sekolah dalam mengembangkan dan memperbaiki kurikulum
Hal ini baru dikembangkan oleh sekolah-sekolah unggul
4.
Panitia
Memecahkan masalah-masalah khusus dalam tugas kepanitiaan sekolah
Mendorong keberanian dan menciptakan kesempatan bagi individu dalam pengalaman profesional
Kecenderungan melemparkan tugas-tugas tertentu sering terjadi
5.
Perpustakaan Profesional
Memberikan bantuan dalam peningkatan kompetensi profesional
Memotivasi peningkatan pengetahuan
Pembentukan kebiasaan sesuatu yang harus dilaksanakan sedini mungkin
6.
Demonstrasi Mengajar
Peningkatan didaktik dan Metodik Guru
Membantu mengembangkan pengajaran yang efektif
Jarang dilaksanakan selain kurang adanya percaya diri juga tingkat pemotivasian yang rendah
7.
Lokakarya
Menghidupkan kerjasama yang memadai
Pemecahan masalah dan situasi sehari-hari
Membutuhkan biaya yang cukup tinggi
8.
Darmawisata (Field Trips for Staff Personnels)
Memberikan kesempatan pada pengembangan staf
Memahami teknik supervisi yang ditentukan oleh kebutuhan staf
Perlunya tindak lanjut dengan sistem evaluasi yang memadai
9.
Diskusi Panel
Memperkaya ide dan gagasan dalam pemecahan masalah
Menumbuhkan sikap, pengetahuan dan keterampilan
Sikap berpikir kritis sangat diperlukan namun hal ini jarang dilaksanakan karena mengingat besar biaya yang harus dikeluarkan
10.
Pelatihan (In Service Training)
Mengacu pada azas pendidikan seumur hidup
Pemenuhan kebutuhan tenaga profesional
Diperlukan strategi yang memadai dalam pengembangan ini
11.
Organisasi profesi
Keanggotaan dalam profesi menjadi kebutuhan tersendiri
Peningkatan tanggung jawab dan kesadaran
Sejauh ini patut dipertanyakan lembaga ini dalam pengembangan karir.

Pada teknik individual seperti dengan melakukan kunjungan dan observasi kelas, pada beberapa pendapat sering dipandang sebagai salah satu kegiatan yang menyebabkan prediksi yang berbeda terutama di kalangan guru serta kepala sekolah yang diamati pengawas satuan pendidikan.
Sisi lain yang juga harus dikembangkan dalam kunjungan kelas satu observasi adalah menghilangkan adanya kesan atasan dan bawahan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa observasi kelas hendaknya dilakukan dengan memakai instrument yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak dengan sebelumnya melakukan pertemuan pribadi atau paling tidak diberitahukan terlebih dahulu kisi-kisi yang akan diujikan di lapangan supervisor. Walaupun pada takaran praktis, metode kunjungan kelas atau observasi kelaziman guru memiliki prediksi dan penilaian yang kurang baik, bahkan tidak sedikit guru yang memberikan permusuhan, terlebih dengan perilaku observer yang kurang menghargai, walaupun sebenarnya dalam hal ini terjadi tarik menarik yang kurang didasarkan atas prinsip dan prosedur pengawasan mutu pendidikan yang berpatokan pada standar mutu.
Pada prinsip umumnya kunjungan kelas dilakukan dengan tiga kegiatan, yaitu:
1.    kunjungan atas permintaan dan undangan dari guru,
2.    kunjungan yang diberitahukan oleh kepala sekolah, dan
3.    kunjungan mendadak yang memang dilaksanakan oleh supervisor sebagai bahan dari tugas dia sebagai pengawas mutu pendidikan.
Menurut Soecipto dan Kosasih, teknik supervisi memiliki empat pendekatan, yaitu:
1.    pendekatan humanistik
Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru bukan masukan mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan masukan sistem lain yang bersifat kebendaan. Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti pola perkembangan itu. Belajar harus dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang diambil secara rill.
Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan humanistik tidak mempunyai format yang standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya melakukan observasi tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin ia hanya mendengar tanpa membuat observasi atau mengatur penataan dengan atau tanpa memberi sumber dan bahan belajar yang diminta guru. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi bagian-bagian, yaitu  (pembicaraan awal), observasi, analisis, dan interpretasi serta pembicaraan akhir, maka supervisi dilakukan sebagai berikut.
a.    Pembicaraan Awal
Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. Ini disebut dengan titik lanjutan atau berhenti.



b.   Observasi
Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi kelas. Dalam observasi kelas, supervisor masuk kelas dan duduk di belakang tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan kelas.
c.    Analisis dan Interpretasi
Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali ke kantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawaban maka supervior tidak akan memberikan nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasehat oleh guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya supervisor akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang sekiranya tepat dalam upaya mengatasi kesulitannya.
d.      Pembicaraan Akhir
Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode ini guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan jikalau guru perlu bantuan lagi.
e.    Laporan
Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi berdasarkan judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atas kepala sekolah (kakandep), untuk bahan perbaikan selanjutnya

2.    pendekatan kompetensi
Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya. Pendekatan kompetensi didasarkan atas asumsi bahwa tujuan supervisi adalah membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Guru tidak memenuhi kompetensi itu dianggap tidak akan produktif. Tugas supervisor adalah menciptakan lingkungan yang sangat terstruktur sehingga secara bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Situasi yang terstruktur ini antara lain meliputi adanya definisi tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap kegiatan, penilaian kemampuan guru dengan segala pirantinya, program supervisi yang dilakukan dengan segala rencana terinci dengan pelaksanaannya, dan monitoring kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui apakah program itu berhasil atau tidak.
Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut.
a.    Menetapkan kriteria unjuk kerja yang dikehendaki. Misalnya kompetensi untuk mengajarkan sejarah dapat diuraikan kedalam kompetensi yang lebih rinci seperti kompetensi dalam membuat persiapan mengajar dengan memakai lebih dari satu sumber keterampilan mengelola kelas dimana digunakan metode diskusi atau keterampilan evaluasi tentang reaksi siswa dalam belajar sejarah dan sebagainya.
b.    Pengetahuan ini dipakai untuk menentukan target supervisi yang akan datang.
c.    Menetapkan target unjuk kerja. Dari komponen dan analisis kemampuan, supervisor dan guru menentukan target yang akan dicapai.
d.   Menentukan aktifitas unjuk kerja. Misalnya, apabila tujuan supervisi itu adalah untuk mengubah aspek prilaku guru, maka harus dinyatakan secara jelas perubahan apa yang dikehendakinya dan kegiatan apa yang digunakan untuk mencapai perubahan itu. Dalam kegiatan ini, harus jelas jenis, jadwal, dan sumber yang perlu digunakan.
e.    Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja. Dalam memonitoring ini supervisor mengumpulkan dan mengelola data menjadi informasi tentang seberapa jauh pencapaian target yang telah disetujui.
f.     Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring. Menilai berarti manafsirkan informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan sampai dimana target yang telah ditetapkan tercapai. Dalam hal ini perlu dilakukan penilaian diri sendiri oleh guru dan kemudian dibandingkan dengan penilaian supervisor terhadap unjuk kerja guru.
g.    Pembicaraan akhir. Pembicaraan ini menyangkut diskusi secara intensif tentang pencapaian target, supervisor harus memusatkan perhatiannya untuk membantu guru melihat secara positif hasil penilaian itu. Dalam pembicaraan akhir ini harus dirumuskan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab guru.

Instrumen supervisi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah format-format yang berisi tentang tujuan supervisi, target yang akan dicapai, tugas supervisor dan guru untuk memperbaiki unjuk kerja guru, kriteria pencapaian target,  pengumpulan data monitoring, dan evaluasi dan tindak lanjut.
Analisis dilakukan secara bersama-sama (kolaboratif) antara supervisor dan guru, sehingga dicapai kesepakatan tentang status kompetensi guru setelah pelaksanaan supervisi. Kesepakatan ini dilakukan melalui pembicaraan akhir.

3.    pendekatan klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual. Oleh karena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru secara tatap muka dan individual. Pendekatan ini mengkombinasikan target yang tersruktur dan pengembangan pribadi.
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan ada yang hubungannya dengan itu. Pembicaraan itu bertujuan untuk membantu. Pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi. Goldhmmer, Anderson dan Krajewski mengemukakan sembilan karateristik supervisi klinis, yaitu:
a.    merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran,
b.    merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran,
c.    berorientasi kepada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah, dan mengembangkan kebutuhan pribadi,
d.   mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor,
e.    memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian, dukungan dan komitmen untuk berkembang,
f.     suatu usaha yang sistematik namun memerlukan keluwesan dan perubahan metologi yang twerus menerus,
g.    menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan antara keadaan real dan ideal,
h.    mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan denagn guru, dan
i.      memerlukan latihan untuk supervisor.
Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai keterampilan pada guru yang meliputi, keterampilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran secara analistis, keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat, keterampilan dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaan, dan keterampilan dalam mengajar.
Seperti yang telah disebutkan sasaran supervisi klinis adalah perbaikan cara mengajar dan bukan pengubahan kepribadian guru. Biasanya sasaran ini dioperasikan dalam sasaran-sasaran yang lebih kecil, yaitu bagian keterampilan mengajar yang bersifat spesifik, yang mempunyai arti sangat penting dalam proses mengajar. Analisis konstruktif dilakukan untuk dapat secara tepat memberi penguatan (reinforcement) kepada pola tingkah laku yang berhasil, dan mengarahkan serta tidak mencela atau menghukum pola-pola tingkah laku yang belum sukses.
Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah pengajaran di kelas. Sasaran supervisi klinis seringkali dipusatkan pada kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas mengajar, keterapilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (generic skill) yang meliputi keterampilan dalam menggunakan variasi dalam menagajar dan menggunakan stimulasi, keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar, dan keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.
Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis yaitu pembicaraan pra-observasi,  melaksanakan observasi, melakukan analisis dan penentu strategi, melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi, dan melakukan analisis setelah pembicaraan.
4.    pendekatan profesional
Menunjuk pada fungsi utama guru yang melaksanakan pengajaran secara profesional. Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa karena tugas utama profesi guru itu adalah mengajar maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal-hal yang menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas guru yang bersifat administratif.
Di bawah ini dikemukakan teknik supervisi profesional sebagai berikut.
a.    Penataran yang diberikan kepada guru harus diberikan bersama dengan kepala sekolah (dan pengawas). Sekolah yang diberi penataran langsung disebut sekolah inti, dan sekolah yang mendapat penataran dari sekolah inti disebut sekolah imbas. Isi penataran bersama ini meliputi metode umum tentang pemanfaatan waktu belajar, perbedaan individual siswa, belajar aktif, belajar kelompok, teknik bertanya dan umpan balik; metode khusus IPA, matematika, IPS, dan bahasa; pengalaman lapangan para petatar dalam menerapkan metode umum dan metode khusus; dan pembinaan profesional.
b.    Penggugusan merupakan teknik pembinaan di dalam masing-masing sekolah maupun di dalam kelompok sekolah yang berdekatan.
KKG, KKKS, KKPS, dan PKG dipergunakan sebagai wadah pengorganisasian dan pembinaan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah unttuk melakukan kegiatan peningkatan kualitas pengajaran. KKG (Kelompok Kerja Guru), berfungsi sebagai wadah untuk melakukan berbagai kegiatan penunjang, kegiatan belajar mengajar, antara lain merencanakan strategi belajar mengajar, membuat alat pengajaran, membuat lembar kerja/lembar tugas, dan mendiskusikan masalah-masalah yang dijumpai di kelas masing-masing guru. KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), berfungsi sebagai wadah koordinasi dalam upaya pembinaan mata pelajaran, proses belajar mengajar, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan pengelolaan sekolah umumnya dan pembinaan profesional khususnya. KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah), berfungsi sebagai wadah diskusi, tukar menukar informasi dan pengalaman, mencari dan menemukan alternatif penyelesaian masalah yang dijumpai di sekolah, serta menetapkan keseragaman tindakan dalam pembinaan. PKG singkatan dari Pusat Kegiatan Guru. Jika KKG, KKKS, dan KKPS menunjukan pada kegiatan maka PKG merupakan tempat berlangsungnya KKG, KKKS, maupun KKPS.
H.          Proses Pelaksanaan Supervisi Pendidikan
Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan. Menurut Tim Pakar Manajemen Pendidikan, secara umum proses pelaksanaan supervisi dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1.      Perencanaan
Perencanaan kegiatan mengacu pada kegiatan identifikasi permasalahan. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan supervisi adalah sebagai berikut.
a.       Mengumpulkan data melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat staf
b.      Mengolah data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap data yang dikumpulkan.
c.       Mengklasifikasi data sesuai dengan bidang permasalahan.
d.      Menarik kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
e.       Menetapkan teknik yang tepat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan profesionalisme guru.
2.      Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan merupakan kegiatan nyata yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan guru. Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan pemberian bantuan dari supervisor kepada guru agar pelaksanaan dapat efetif harus sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan dan terlaksananya teknik supervisi melainkan ada follow up untuk melihat keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi.
3.      Evaluasi
Evaluasi kegiatan merupakan kegiatan untuk menelaah keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif. Sasaran evaluasi supervisi ditujukan kepada semua orang yang terlibat dalam proses pelaksanaan supervisi. Hasil dari evaluasi supervisi akan dijadikan pedoman untuk menyusun program perencanan berikutnya. Soetopo dan Soemanto mengemukakan evaluasi berpedoman pada tujuan yang telah ditetapkan dan tujuan supervisi dirumuskan sesuai dengan corak dan tujuan sekolah.

Menurut Burhanuddin dkk, prosedur supervisi menempuh tiga langkah, yaitu pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan. Di bawah ini diuraikan tentang tiga langkah tersebut.

1.      Tahap Pertemuan Pendahuluan
Supervisi dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru, bukan kebutuhan kepala sekolah atau supervisor. Untuk itu pada tahap pertemuan pendahuluan kepala sekolah (supervisor) membicarakan kemampuan mengajar yang ingin ditingkatkan oleh guru, ditentukan aspek-aspeknya, kemudian disepakati bersama oleh guru dan supervisor. Pelaksanaan supervisi pada tahap pendahuluan ini membutuhkan kiat supervisor dalam menciptakan suasana yang menyenangkan, suasana kekeluargaan, kesejawatan, dan kehangatan.
Guru tidak merasa takut atau tertekan sehingga guru mau dan berani mengungkapkan permasalahan dan kebutuhan dalam mengajar di kelas. Kalau guru belum berani mengungkapkan permasalahan mengajar yang dihadapinya, maka supervisor diharapkan mampu memancing pembicaraan guru dengan pertanyaan yang baik. Demikian seterusnya sampai terjadi komunikasi yang baik antara supervisor dan guru. Kalau guru sudah mengungkapkan apa yang ingin dikembangkan atau kemampuan apa yang ingin ditingkatkan maka disepakati bersama menjadi semacam kontrak antara guru dan supervisor. Kontrak inilah yang menjadi pusat perhatian dalam tahap observasi kelas dan pertemuan balikan.
Kegiatan di dalam tahap pendahuluan yaitu supervisor menciptakan suasana intim dan terbuka, mengulas kembali rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, yang mencakup tujuan pembelajaran, bahan, kegiatan belajar mengajar, serta alat evaluasi, mengulas kembali komponen ketrampilan yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan digunakan dan mendiskusikan instrumen tersebut termasuk tentang cara penggunaannya, serta data yang akan dijaring. Hasilnya berupa kontrak yang disepakati bersama.

2.      Tahap Observasi Kelas (Observasi Guru yang sedang Mengajar)
Observasi kelas sangat perlu dilakukan oleh supervisor. Neagley dan Evan dalam Mantja mengemukakan bahwa observasi dan kunjungan kelas yang diikuti dengan conference (pre dan post) adalah tulang punggung supervisi. Pada tahap ini guru mengajar di kelas dengan menerapkan komponen-komponen keterampilan yang telah disepakati pada pertemuan pendahuluan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan observasi ini yaitu catatan observasi harus lengkap supaya analisisnya tepat, objek observasi harus terfokus pada aspek ketrampilan tertentu, selain rekaman observasi, dalam hal tertentu supervisor perlu membuat komentar-komentar yang letaknya terpisah dengan hasil rekamaan observasi, kalau ada kata-kata guru yang mengganggu proses belajar mengajar juga perlu dicatat oleh supervisor, supervisor hendaknya berusaha agar selama observasi guru tidak gelisah tetapi berpenampilan secara wajar.
3.      Tahap Pertemuan Balikan
Secara rinci kegiatan supervisor dan guru dapat ditelaah pada paparan ketika supervisor memberi penguatan serta mewujudkan perasaan guru secara umum selama mengajar. Hal ini untuk menciptakan suasana akrab dalam pertemuan balikan, mengulas balik tujuan pembelajaran, mengulas balik tingkat ketrampilan serta perhatian utama guru dalam mengajar, supervisor menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian utama.
Pertanyaan diawali dengan hal-hal yang menyenangkan guru karena keberhasilannya, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang dianggapkan kurang berhasil, menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasi awal oleh supervisor, kemudian memberi waktu guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya, secara bersama-sama, menanyakan kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpretasinya, menanyakan perasaan guru tentang melihat keinginan yang sebenarnya dicapai, menyimpulkan hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya dicapai, menentukan bersama rencana mengajar yang akan datang baik berupa dorongan untuk meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai pada tahap sebelumnya (proses belajar mengajar yang telah dilakukan) maupun ketrampilan-ketrampilan yang perlu disempurnakan.






























BAB III
“KEPEMIMPINAN”
A.           Pengertian Kepemimpinan (Leadership)
Dalam suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini disebut dengan manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership).
Untuk menunjang keberhasilan fungsi manajemen dalam organisasi dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat melaksanakan tugas dan fungsi manajemen serta dapat memberikan motivasi untuk tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan oleh semua organisasi atau lembaga. Bila dicermati, efektivitas dari struktur kelembagaan yang ada sangat tergantung pada kualitas seorang pemimpin yang muncul pada lembaga tersebut.
Kepemimpinan dapat menentukan apakah suatu organisasi mampu mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Kepemimpinan mempunyai rangkaian kegiatan penataan yang diwujudkan sebagai kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
Menurut Miftah Toha kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Apabila kepemimpinan itu dibatasi oleh tata krama birokrasi atau dikaitkan dalam suatu organisasi tertentu, maka dinamakan manajemen. Seorang manajer dapat saja berperilaku sebagai seorang pemimpin asalkan dia mampu mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu harus menyandang jabatan manajer untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan kata lain, seorang pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa berperilaku sebagai seorang pemimpin. Perbedaan antara pemimpin dengan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis dan Nanus yaitu pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar, sedangkan manajer memusatkan perhatian mengerjakan secara tepat. Kepemimpinan memastikan tangga yang didaki bersandarkan pada tembok secara tepat, sedangkan manajer mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin. Kotter dalam Robin berpendapat bahwa manajemen berkaitan dengan penanganan masalah, sedangkan kepemimpinan berkaitan dengan penanganan perubahan.
Menurut Chapman kepemimpinan efektif tergantung pada landasan yang kokoh sebagai manajer. Seseorang dapat saja menjadi manajer luar biasa tanpa pemimpin, tetapi seseorang tidak mungkin menjadi pemimpin luar biasa tanpa menjadi manajer yang baik pula.
Manajer suatu perusahaan baik manajer tingkat atas, menengah maupun bawah mempunyai peranan yang sama, hanya beberapa lingkungan yang pada akhirnya membuat bobot peranan itu sedikit berbeda. Menurut Gibson ada beberapa perspektif tentang kepemimpinan.
1.    Kepemimpinan tidak sama dengan manajemen.
2.    Kepemimpinan adalah konsep yang rumit.
3.    Sifat-sifat kepemimpinan dapat dikembangkan melalui pengalaman, pelatihan, dan analisis.
4.    Keefektifan kepemimpinan terutama bergantung pada kecocokan antara pemimpin, pengikut, dan situasi.
5.    Kepemimpinan berubah-ubah dalam berbagai lingkungan dan situasi yaitu dalam beberapa situasi kepemimpinan bukan merupakan hal penting atau bukan suatu pengaruh yang signifikan.
Stogdill, Bass menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu interaksi antara anggota kelompok. Pemimpin adalah agen perubahan, seseorang yang mempunyai tindakan yang berakibat mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan terjadi ketika seseorang anggota kelompok memodifikasi motivasi atau kemampuan orang lain dalam kelompok.
Stogdill menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini disebabkan banyak sekali yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama.
Robert Tannenbaun, Irving R. Weschler dan Fred Massarik memberi batasan kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan, melalui proses komunikasi, kearah tercapainya suatu tujuan ataupun tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Terry bahwa kepemimpinan adalah hubungan antara seseorang dengan orang lain, pemimpin mampu mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama dalam tugas-tugas yang berkaitan untuk mencapai apa yang diinginkannya. Selanjutnya Robbin mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok orang kearah pencapaian tujuan.
Berdasarkan definisi tersebut di atas, Handoko mengklasifikasikan kepemimpinan memiliki tiga implikasi penting sebagai berikut.
1.    Kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin dimana peta anggota kelompok membantu menentukan status/kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, kepemimpinan tidak akan ada.
2.    Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin memiliki wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung meskipun dapat juga melalui sejumlah cara secara tidak seimbang. Menurut French dan Raven kekuatan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari hal-hal sebagai berikut.
a.    Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin memiliki kemampuan memberikan hadiah/pujian bagi bawahan yang mengikuti arahan pemimpinnya.
b.    Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin memiliki kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
c.    Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin memiliki hak untuk menggunakan pengaruh dan toritas yang dimiliki.
d.   Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya, atau karismanya.
e.    Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seorang yang memiliki keahlian dalam bidangnya. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
3.    Selain dapat memberikan pengarahan kepada bawahan atau pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilaksanakannya, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Maka kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), kepercayaan terhadap diri sendiri dan orang lain (confiden), dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi. Kepemimpinan merupakan salah satu tugas manajer, dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, kepemimpinan merupakan salah satu fungsi dari manajemen. Sedangkan Wilson Bangun menyatakan kepemimpinan memiliki empat unsur, yaitu kumpulan orang, kekuasaan, mempengaruhi, dan menilai. James Mc Gregor dalam Stoner mengatakan bahwa pemimpin yang mengabaikan komponen moral kepemimpinan mungkin dalam sejarah dikenang sebagai penjahat atau lebih jelek lagi.

B.            Fungsi dan Peranan Kepemimpinan
Peranan kepemimpinan dalam setiap organisasi berbeda-beda tergantung pada spesifikasinya. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa macam hal, antara lain jenis organisasi, situasi sosial dalam organisasi dan jumlah anggota kelompok.
Dengan adanya kenyataan bahwa fungsi dan peran seorang pemimpin yang demikian kompleks, maka tidaklah dapat dipungkiri bahwa untuk menjadi pemimpin perlu memiliki syarat-syarat tertentu yang cukup banyak agar seseorang yang akan menduduki jabatan pemimpin dapat melaksanakan fungsi, tugas, dan peranannya secara efektif.
Menurut Terry syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah sebagai berikut.
1.    Kekuatan
Pemimpin harus memiliki kekuatan jasmani dan rohani.
2.    Keseimbangan emosi
Pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dalam keadaan apapun yang dihadapinya
3.    Pengetahuan tentang hubungan kemanusiaan.
Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengetahui sifat serta tingkah laku dalam pergaulan.
4.    Motivasi pribadi
Keinginan menjadi pimpinan harus datang dari jati dirinya dan ini berakibat pada timbulnya kegairahan dalam bekerja.
5.    Kecakapan berkomunikasi
Pemimpin haris pandai menyampaikan informasi dan maksud-maksudnya kepada pihak lain sehingga timbul kerjasama yang harmonis dengan orang lain.
6.    Kecakapan mengajar
Pemimpin adalah guru yang baik. Oleh karena itu dibutuhkan kecakapan untuk mengajar, baik dengan keteladanan maupun dengan petunjuk-petunjuk yang disampaikan kepada bawahan.
7.    Kecakapan bergaul
Pemimpin harus mau bekerjasama dengan yang dipimpin serta dapat menyesuaikan dengan mereka sehingga memperoleh kepercayaan dan kesetiaan dan dengan sukarela mau bekerja. Pemimpin juga harus mampu mengembangkan rasa saling menghargai dengan bawahan.
8.    Kemampuan teknis
Adalah kecakapan-kecakapan pemimpin dalam hal merencanakan, mengorganisasi, melimpahkan, memberi nasehat, membuat keputusan, mengawasi, dan kerjasama.
Yuki memberikan gambaran dua peranan pokok suatu kepemimpinan, yaitu:
1.    peranan tugas dengan pusat perhatian yang diarahkan pada identifikasi masalah dan pemecahannya, termasuk alokasi sumber daya monitoring tingkah laku anggota organisasi agar dapat menjalankan tugas yang dilimpahkan,
2.    peranan sosial dengan fokus pada manusianya, termasuk hubungan antar pribadi, yang kondusif terhadap usaha untuk membangun perpaduan kelompok dan pengembangan kualitas kerja.
Sementara itu, Conger dan Kanungo menjelaskan lebih jauh, agar peranan seorang pemimpin dapat membawa perubahan-perubahan yang berarti dalam suatu kelompok dan organisasi beserta anggotanya, maka diperlukan pengertian yang lebih komprehensif terhadap fenomena kepemimpinan. Untuk itu mereka berdua menawarkan peranan-peranan sebagai berikut.
1.    Peranan pembuatan keputusan.
2.    Peranan tugas seperti yang tersebut di atas.
3.    Peranan sosial.
4.    Peranan kharismatik.
Mengenai sifat-sifat umum yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin dalam bermacam-macam situasi adalah sebagai berikut.
1.    Society sensivity, yaitu dengan tepat dapat merasakan dan mengerti tingkah laku anggota kelompok dan peka terhadap kebutuhan-kebutuhannya.
2.    Behavioral flexibility, yaitu dapat menyesuaikan gaya kepemimpinan untuk mengadakan perubahan sesuai dengan kebutuhan dan situasi kelompok.

Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah

1.    Peran kepala sekolah sebagai edukator (pendidik)
Kepala sekolah berperan sebagai pendidik yang harus berusaha menanamkan, memajukan, dan meningkatkan nilai yakni perubahan mental, moral, fisik, dan artistik.
a.    Bimbingan mental
Dalam hal ini kepala sekolah harus dapat menciptakan iklim yang kondusif agar tenaga pendidik dapat melaksanakan tugas dengan baik, dengan melengkapi sarana dan prasarana, serta suber belajar untuk memudahkan guru untuk melaksanakan tugasnya sebagi seorang tenaga pendidik.
b.    Pembinaan moral
Hal ini berkaitan dengan ajaran yang baik dan buruk mengenai suatu perbuatan sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing tenaga pendidik.
c.    Pembinaan fisik
Hal ini berkaitan dengan kondisi jasmani dan penampilan manusia.
d.   Pembinaan artistik
Hal ini berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan, dalam hal ini kepala sekolah  mampu merencanakan berbagai program pembinaan artistik.
2.    Kepala sekolah sebagai manager
Menajemen merupakan  suatu proses merencanakan organisai, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan. Usaha para anggota organisasi kita gunakan seluruh sumber dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yaitu :
a.    sebagai kepala sekolah harus mampu menggunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah,
b.    memberi kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, misalnya melalui penataran dan lokakan sesuai bidang masing-masing.
3.    Kepala sekolah sebagai administrator
Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam mengelola kurikulum penyusunan administrasi pembelajaran, peserta didik, personalia, sarana, dan prasarana. Keuangan dapat meningkatkan kinerja dan produktifitas sekolah.
4.    Kepala sekolah sebagai supervisor
Kepala sekolah sebagai supervisor harus mewujudkan kemampuan menyusun program supervisi kelas, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler, supervisi perpustakaan, dan laboratorium. Kepala sekolah harus mampu melaksanakan pengawasan dan pengendalian yang merupakan tindakan preventif untuk mencegah tenaga kependidikan untuk tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati melaksanakan tugasnya.
5.    Kepala sekolah sebagai leader
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader tercermin pada sifat jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil keputusan, berjiwa besar, dan emosi yang stabil.


6.    Kepala sekolah sebagai inovator
Akan tercermin kepada cara melakukan pekerjaanya secara konstruktif, kreatif, delegtif, integrative, rasional dan objektif, dragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable, dan fleksibel.
7.    Kepala sekolah sebagai motivator
Sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategis yang tepat waktu memberikan motivasi kepada tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya yang dapat di timbulkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja disiplin, dan dorongan.

C.           Gaya dan Tipe Kepemimpinan
Menurut Stogdill, gaya kepemimpinan merupakan bentuk aktivitas-aktivitas anggota kelompok yang berkaitan tugasnya. Gaya kepemimpinan dalam hubungannya dengan bawahan telah diidentifikasi menjadi dua, yaitu:
1.    gaya  dengan orientasi tugas (task-oriented)
Pemimpin mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkan serta lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada pengembangan dan pertumbuhan karyawan, dan
2.    gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented)
Pemimpin mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibandingkan mengawasi.
Unsur situasi merupakan bentuk keadaan yang ditimbulkan oleh lingkungan yang dimiliki oleh suatu organisasi yang dipimpinnya.
Tipe kepemimpinan yang identik dengan gaya kepemimpinan yang dikenal secara luas antara lain:
1.    tipe otokratik
Pemipin otokratik biasanya seorang egois. Ia mungkin meminta gagasan dan umpan balik dari bawahan tentang keputusan yang dibuatnya, tetapi tidak akan mengubah keputusan.
2.    tipe paternalistik
Pemimpin ini cenderung menganggap bawahan sebagai manusia yang belum dewasa, bersikap melindungi, jarang memberi kesempatan bawahan mengambil keputusan, inisiatif dan kreatifitas, dan ia bersikap maha tahu.
3.    tipe karismatik
Pemimpin ini memiliki daya tarik yang amat besat dan mempunyai pengikut yang banyak walau mereka tidak paham mengapa ia dikagumi.
4.    tipe laisser faire
Pemimpin ini kendali bebas memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada anggota atau bawahan karena sangat percaya kepada mereka.
5.    tipe militeristik
Tipe ini menggunakan kepemimpinan yang biasa digunakan dalam dunia militer.
6.    tipe demokratik
Tipe ini menyadari bahwa ia bagian dari bawahannya, maka dalam pengambilan keputusan ia selalu melibatkan bawahannya.


Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Penampilan (kinerja) kepemimpinan kepala sekolah adalah prestasi yang diberikan dari kepemimpinan seseorang kepala sekolah secara kuantitatif maupun kualitatif, yang tertukar dalam membantu tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, bertanggung jawab atas tercapainya peran dan tanggung jawab sekolah. Ada tiga dasar pola perilaku pemimpin, yaitu:
1.    perilaku pemimpin yang mengutamakan tugas,
2.    perilaku pemimpin yang mementingkan kerja sama, dan
3.    perilaku pemimpin yang mengutamakan hasil.
Gaya kepemimpinan
1.    To task oriented
Dimana pemimpin mengarahkan bawahan dalam usaha pencapaian  tujuan organisasi dengan ditandai dengan planning, organizing, dan kontrolnya.
2.    RO (relasionship oriented)
Dimana seorang pemimpin mempunyai hubungan kerja yang sifatnya pribadi, dan ditandai dengan adanya saling mempercayai, menghargai bawahan, dan tenggang rasa terhadap bawahanya.
3.    E (efektivennes)
Dimana seorang pemimpin  berhasil mencapai organisasi sesuai dengan persyaratan kedudukanya. Pemimpin efektif  adalah kemampuan  yang selalu menyesuaikan diri dan tingkat kematangan bawahan, pemimpin yang efektif, dan selalu membantu bawahan dalam perkembangan mereka, artinya membuat menjadi matang. Perilaku pemimpin cenderung berbeda dari situasi ke situasi yang lain, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu mengubah perilakunya sesuai situasi yang ada, dan memperlakukan bawahan  sesuai tingkat kematanganya.

Kepala sekolah di tuntut selalu untuk :
a.    bertanggungjawab agar para guru, staf, siswa menyadari akan tujuan sekolah yang telah di tetapkan;
b.    setiap kepala sekolah bertanggungjawab untuk  untuk menyediakan segala dukungan, kegiatan, dan fasilitas dalam kegiatan pembelajaran;
c.    kepala harus mampu memotivasi kepada tenaga pendidik untuk berperilaku baik.
d.   kepala sekolah harus tampak dihargai,terpercaya dan seterusnya;
e.    memberikan bimbingan, mengadakan koordinasi, kegiatan, dan pengawasan;
f.     dapat menjaga, memelihara keseimbangan antar guru, staf, dan siswa dalam kepentingan sekolah untuk menciptakan keserasian antara kehidupan sekolah dan masyarakat; dan
g.    untuk mengatasi pemasukan mata rantai kepala sekolah yang sebenarnya untuk menciptakan kepala sekolah yang professioal.
D.           Teori Kepemimpinan
Menurut Robbins pada dasarnya teori kepemimpinan dapat dibedakan kedalam tiga pendekatan, yaitu:
1.    teori sifat (traits theories)
Teori ini mengatakan bahwa kepemimpinan diidentifikasikan berdasarkan atas sifat atau ciri yang dimiliki oleh pemimpin.
Stogdill mengemukakan ciri-ciri spesifik yang dikaitkan dengan kepemimpinan yaitu ciri-ciri fisik, ciri-ciri kecerdasan dan kemampuan, kepribadian, karakteristik hubungan tugas dan karakteristik sosial.
Namun, study tentang ciri-ciri ini tidak mampu menjelaskan kepemimpinan yang efektif. Karena tidak semua pemimpin mempunyai ciri-ciri yang dimaksud.
2.    teori prilaku (behaviour theories)
Teori ini berusaha menjelaskan apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas, berkomunikasi dan memotivasi bawahan.
3.    teori situasional (contingencies theories)
Teori ini secara garis besar menjelaskan bahwa keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sangat tergantung terhadap situasi dan gaya kepemimpinan yang digunakannya.

E.            Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Dr. M. Sobri Sutikno mengemukakan bahwa, kepala sekolah/madrasah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umunya direalisasikan.
Menurut Hendiyat Soetopo, bahwasanya fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru  dapat mengajar dan siswa dapat belajar dengan baik. Untuk dapat menjadi manager pendidikan yang berhasil, seorang kepala sekolah harus memiliki wawasan di bidang manajemen.
Fungsi manajemen harus diadobsi ke dalam manajemen pendidikan, yaitu:
1.    perencanaan (planning)
Kepala sekolah harus mampu menjadi perencana yang baik, karena dengan perencanaan yang dibuat akan menentukan baik dan buruknya  organisasi sekolah ke depan.
2.    pengorganisasian (organizing)
Pembagian kerja yang jelas harus dilakukan oleh kepala sekolah. Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab yang tepat harus diberikan kepada guru dan karyawan yang profesional. Karena Rosullulloh SAW bersabda, ”Bila suatu urusan itu diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. (HR. Bukhari)
3.    pengarahan (directing)
Kepala sekolah diharapkan melakukan kegiatan bimbingan melalui pemerintah, memberi petunjuk, memotivasi kerja, menegakkan disiplin, agar staf dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan aturan dan pedoman.
4.    pengkoordinasian (coordinating)
Kepala sekolah harus dapat menghubungkan tugas dan pelaksanaan tugas bawahan sehingga kegiatan menjadi keselarasan keputusan, kebijaksanaan, langkah dan tindakan, sikap sehingga terhindar dari konflik
5.    pengawasan (controlling)
Kepala sekolah harus melakukan pengawasan sehingga rencana serta pelaksanaan program dapat dilakukan dengan baik. Keteladanan kepala sekolah akan menjadi salah satu penggerak rekan kerja dalam melaksanakan pekerjaan. Rosullulloh SAW dapat dijadikan model kepribadian setiap pemimpin.

























BAB IV
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Supervisi merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih manusiawi. Supervisi mengandung arti yang luas dan demokratis. Para supervisor berkewajiban memberi bimbingan, pembinaan, dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan. Kepemimpinan merupakan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi.
Penampilan (kinerja) kepemimpinan kepala sekolah adalah prestasi yang diberikan dari kepemimpinan seorang kepala sekolah secara kuantitatif maupun kualitatif, yang tertukar dalam membantu tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah mampu menimbulakan dan menggerakan semangat para guru, staf, dan siswa, dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Patah semangat, kehilangan kepercayaan harus dapat dibangkitkan kembali oleh kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu membawa perubahan perilaku, sikap, dan intelektual anak didik sesuai dengan tujuan pendidikan.
B.            Saran
Dalam pembuatan makalah ini referensi yang digunakan sudah cukup namun apabila akan menggunakan referensi yang lebih banyak lagi itu akan lebih baik. Waktu yang diberikan tergolong singkat untuk pembuatan sebuah makalah sehingga untuk pembuatan makalah selanjutnya disarankan untuk menggunakan referensi dan waktu yang lebih banyak.













DAFTAR PUSTAKA

Sumidjo Wahjo.2003.Kepemimpinan Kepala Sekolah.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Pidarta, Made.1992.Pemikiran Tentang Supervisi pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim.2003.Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung:Rosdakarya.
Sergiovanni, T.j.1982.Editor.Supervision of teaching.Alexandria:Association for Supervition and curriculum development.
Suhardan Dadang.2007.Supervisi Bantuan Profesiona.Bandung:Mutiara Ilmu.
Dr.Pudjosumedi,AS,M.Ed dkk.2013.Profesi Pendidikan.Jakarta:Uhamka Press