MAKALAH PRESENTASI KELOMPOK VII PROFESI
DISUSUN OLEH KELOMPOK VII:
Ali Mustofa (1384202060)
Desi Anggraini (1384202010)
Dewi Ratna Oktasari (1384202026)
Nuramina Saroh (1384202009)
Retno Palupi (1384202013)
PRODI :
P. MATEMATIKA 3A
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Badawi, SH. M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH KOTABUMI-LAMPUNG
T.P. 2014–2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Supervisi
pendidikan atau yang lebih dikenal dengan pengawasan pendidikan memiliki konsep
dasar yang saling berhubungan. Dalam konsep dasar supervisi pendidikan
dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep supervisi pendidikan itu
sendiri. Pendidikan berbeda dengan mengajar, pendidikan adalah suatu proses
pendewasaan yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dengan
memberikan stimulus positif yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Sedangkan pengajaran hanya mencakup kognitif saja artinya pengajaran adalah
suatu proses pentransferan ilmu pengetahuan tanpa membentuk sikap dan
kreatifitas peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan haruslah diawasi atau
disupervisi oleh supervisor yang dapat disebut sebagai kepala sekolah dan
pengawas-pengawas lain yang ada di departemen pendidikan.
Pengawasan
ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan pegawai sekolah
lainnya dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan yang baik dan bimbingan
serta masukan tentang cara atau metode mendidik yang baik dan professional.
Dalam perkembangannya supervisi pendidikan memberikan pengaruh yang baik pada
perkembangan pendidikan di Indonesia sehingga para pendidik memiliki kemampuan
mendidik yang kreatif, aktif, efektif dan inovatif.
Salah satu
kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah yang berperan sepenuhnya untuk
menghadapi perubahan yaitu kepala sekolah, perilaku kepala sekolah
yang mampu memprakarsai pemikiran baru terhadap proses interaksi di
lingkungan sekolah dengan melakukan perubahan, tujuan, sasaran konfigurasi,
prosedur, input, proses atau output dari suatu sekolah sesuai dengan ketentuan
perkembangan.
Esensi
kepala sekolah adalah kepemimpinan pengajaran, seorang kepala sekolah
adalah seorang yang benar-benar pemimpin, seorang inovatif. Oleh sebab itu, kepemimpinan
kepala sekolah yang jadi kunci keberhasilan sekolah.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas yaitu:
1. apa pengertian dari supervisi
pendidikan?
2. apa saja fungsi dan tujuan dari
supervisi pendidikan?
3. siapa yang menjadi sasaran dalam
supervisi pendidikan?
4. bagaimana ruang lingkup dan teknik
dari supervisi pendidikan?
5. apa pengertian dari kepemimpinan
pendidikan?
6. apa fungsi kepemimpinan kepala
sekolah?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. mengetahui tentang pengertian
supervisi pendidikan,
2. mengetahui fungsi dan tujuan
supervisi pendidikan,
3. mengetahui sasaran dalam supervisi
pendidikan,
4. mengetahui ruang lingkup dan teknik
dari supervisi pendidikan,
5. mengetahui pengertian kepemimpinan
pendidikan, dan
6. mengetahui fungsi kepemimpinan
kepala sekolah.
D.
Manfaat
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. guna menambah wawasan dan
pengetahuan bagi para mahasiswa mengenai supervisi pendidikan, dan
2. dapat bermanfaat dan memberikan
informasi tentang bagaimana proses penanganan dan penyelesaian masalah mengenai
pendidikan sekarang ini.
BAB II
“SUPERVISI
PENDIDIKAN”
A.
Konsep Supervisi
Secara morfologis Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super
dan vision. Super berarti di atas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi,
pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan
oleh atasan, orang yang berposisi di atas, atau pimpinan terhadap hal-hal yang ada di bawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya
lebih human, manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan
tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang
sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata
kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.
Secara sematik Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan
atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan
mutu mengajar dan belajar pada khususnya.
Supervisi
merupakan bagian dari proses administrasi dan manajemen. Dalam Peraturan
Pemerintah nomor 38 tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan, istilah “pendidik”
digunakan untuk sebutan sekelompok tenaga fungsional yang mengawasi pelaksanaan
pendidikan non formal, sedangkan pengawasan untuk mengawasi pelaksanaan pendidikan formal.
Beberapa
ahli mendefinisikan supervisi sebagai sesuatu yang bersifat pembinaan dan
peningkatan kualitas kerja seseorang atau organisasi.
Dalam kaitan
dengan kegiatan supervisi, perlu dipertimbangkan interaksi antara harapan birokrasi
dan kebutuhan individu. Harapan birokrasi mewakili kepentingan pihak supervisor
dalam organisasi supervisi (seperti kepala sekolah, dan pengawas sekolah) sedangkan
kebutuhan individual mewakili kepentingan pihak yang disupervisi (seperti guru,
dan tenaga administrasi sekolah). Hoy dan Miskel menggambarkan kaitan antara
harapan birokrasi dengan kebutuhan individual dengan gambar berikut.
Garis
A menggambarkan situasi interaksi dimana prilaku organisasi dikontrol lebih dominan
oleh harapan birokrasi. Garis B menggambarkan sebaliknya, situasi interaksi
dimana prilaku organisasi dikontrol lebih dominan kebutuhan individu.
B.
Fungsi Supervisi Pendidikan
Secara garis besar fungsi supervisi dapat
dikelompokkan dalam tiga bidang yaitu kepemimpinan, kepengawasan, dan
pelaksana. Fungsi kepemimpinan melekat pada seorang supervisor karena dia
adalah pemimpin. Begitu pula pengawas yang tugas pokoknya melakukan pengawasan.
Sedangkan fungsi pelaksana terdapat pada supervisor, karena ia adalah para
pelaksana di lapangan yang dalam istilah bakunya adalah pejabat fungsional,
sama halnya dengan guru dan kepala sekolah.
1.
Fungsi Kepemimpinan
Rincian dalam fungsi kepemimpinan, seorang supervisor
hendaknya melaksanakan hal-hal sebagai berikut.
a. Meningkatkan semangat kerja kepala
sekolah, guru dan staf sekolah yang berada di bawah tanggung jawab dan
kewenangannya.
b. Mendorong aktifitas dan kreatifitas
serta dedikasi seluruh personil sekolah.
c. Mendorong terciptanya suasana
kondusif di dalam dan di luar lingkungan sekolah.
d. Menampung, melayani, dan
mengakomodir segala macam keluhan aparat kependidikan di sekolah tersebut dan
berusaha membantu pemecahannya.
e. Membantu mengembangkan kerja sama
dan kemitraan kerja dengan semua unsur terkait.
f. Membantu mengembangkan kegiatan
intra dan ekstra kurikuler di sekolah.
g. Membimbing dan mengarahkan seluruh
personil sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran pada
sekolah tersebut.
2.
Fungsi Pengawasan
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, supervisor
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.
a. Mengamati dengan sungguh-sungguh
pelaksanaan tugas kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah diketahui
dengan jelas tugas yang dilaksanakan itu sesuai dengan rencana atau tidak.
b. Memantau perkembangan pendidikan di
sekolah yang menjadi tanggungjawab dan kewenangannya termasuk belajar siswa
pada sekolah yang bersangkutan.
c. Mengawasi pelaksanaan administrasi
sekolah secara keseluruhan yang di dalamnya terdapat administrasi personil,
materil, kurikulum, dan sebagainya.
d. Mengendalikan penggunaan dan
pendistribusian serta pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di
sekolah tersebut.
3.
Fungsi Pelaksana
Dalam melaksanakan fungsi pelaksana, seorang
supervisor hendaknya memperhatikan kegiatan-kegiatan berikut.
a. Melaksanakan tugas-tugas supervisi /
pengawasan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Mengamankan berbagai kebijaksanaan
yang telah ditetapkan.
c. Melaporkan hasil supervisi / pengawasan
kepada pejabat yang berwenang untuk dianalisis dan ditindaklanjuti.
C.
Peran dan Tugas Supervisi
Supervisor
yaitu orang yang melakukan kegiatan supervisi. Secara rinci sebelum mengetahui
tentang professionalisme supervisor, maka terlebih dahulu mengetahui peran dan
fungsi seorang supervisor.
1.
Peran Supervisor
Peranan pertama
supervisor secara umum.
a.
Pemimpin
Seorang supervisor harus melaksanakan
kepemimpinannya sedemikian rupa, sehingga kepala sekolah yang disupervisinya
dapat ditingkatkan menjadi kepala sekolah yang lebih bertanggungjawab.
b.
Inspeksi
Sebagai seorang supervisor supervisi pendidikan
sebagai inspeksi yaitu sebagai alat kontrol sampai dimana ketentuan-ketentuan
yang dijalankan dalam kegiatan di dalam persekolahan.
c.
Penelitian
Untuk dapat menemukan sebab-sebab yang
menghambat hasil belajar, mencari dan menemukan cara metode yang kiranya dapat
meningkatkan proses dan hasil belajar, serta untuk memperoleh data yang dipakai
untuk menyusun program peningkatan guru secara menyeluruh.
Peran
supervisor adalah sebagai pembimbing, pengawasan dan pemantau yang dilakukan
oleh seorang kepala sekolah dalam melaksanakan proses belajar-mengajar dan
kegiatan sekolah secara menyeluruh karena pada intinya supervisor
mempunyai peran ganda yaitu pengatur dan
penggerak dalam suatu kegiatan di sekolah.
Peranan
kedua supervisor harus memantau bagaimana keadaan peserta didiknya baik secara
kognitif, afektif, dan psikomotor, melalui laporan setiap guru sejauh mana
perkembangan peserta didiknya.
Selain itu juga
peranan supervisor adalah sebagai berikut.
a.
Membina
kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan sebenarnya
dan peran sekolah untuk mencapai tujuan itu.
b.
Memperbesar
kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknya
menjadi anggota masyarakat yang efektif.
c.
Membantu
kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap
aktivitas-aktivitas dan kesulitan-kesulitan mengajar belajar, serta menolong
mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
d.
Memperbesar
ambisi-ambisi guru untuk meningkatkan karyanya secara maksimal dalam bidang
profesinya (keahlian) meningkatkan “achievement
motive”.
e.
Meningkatkan
kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lainnya terhadap
tata kerja yang demokratis dan kooperatif serta untuk memperbesar kesediaan
untuk tolong-menolong.
f.
Membantu
pimpinan sekolah untuk mempopulerkan pimpinan sekolah kepada masyarakat dalam
pengembangan program-program pendidikan.
g.
Membantu
kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya dalam
konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta didik.
h.
Mengembangkan
“esprit de corps” guru-guru yaitu
adanya rasa persatuan dan kesatuan (kolegalitas) antar guru-guru.
i.
Meningkatkan
belajar siswa dan meningkatkan perbaikan kualitas kehidupan masyarakat.
j.
Untuk
memupuk kualitas kepemimpinan dalam menjamin adanya kontinyuitas dan
penyesuaian kembali secara konstan dalam program pendidikan.
k.
Tujuan
langsung supervisi yaitu:
ü supervisi
melalui sekalian usaha yang dapat digunakan, sebaiknya menemukan metode-metode belajar
dan mengajar yang sudah diperbaiki,
ü supervisi
hendaknya menciptakan iklim fisik, sosial dan pskiologis untuk belajar, dan
ü supervisi
hendaknya mengkoordinasi dan mengintergrasikan sekalian upaya dan material
perbaikan serta mengadakan kontinyuitas.
2.
Tugas Pokok
Supervisor
Secara logika supervisor harus mengenal
dan mengetahui secara spesifik dunia pendidikan baik dari segi tenaga pendidk,
tenaga kependidikan, dan peserta didik. Oleh karena itu, supervisor harus
mempunyai kompetensi dan kreatifitas bagaimana caranya untuk melaksanakan
tugasnya sesuai dengan kode etik keguruan.
Secara khusus dan lebih konkret,
kegiatan-kegiatan yang mungkin dilakukan oleh seorang supervisor adalah sebagai
berikut.
a.
Menghadiri
rapat atau pertemuan organisasi-organisasi profesional.
b.
Mendiskusikan
tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.
c.
Mendiskusikan
metode-metode dan teknik dalam rangka pembinaan dan pengembangan proses
belajar-mengajar.
d.
Membimbing
guru-guru dalam penyusunan program catur wulan atau program semester, dan
program satuan pelajaran.
e.
Membimbing
guru-guru dalam memilih dan menilai buku-buku untuk perpustakaan sekolah dan
buku-buku pelajaran bagi murid.
f.
Membimbing
guru-guru dalam menganalisis dan menginterpretasi hasil tes dan penggunaannya
bagi perbaikan pembelajaran.
g.
Melakukan
kunjungan kelas dalam rangka melakukan supervisi klinis.
h.
Mengadakan
kunjungan observasi bagi guru-guru demi perbaikan cara mengajarnya.
i.
Mengadakan
pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalah-masalah yang
mereka hadapi atau kesulitan-kesulitan yang mereka alami.
j.
Menyelenggarakan
manual atau bulletin tentang pendidikan dalam ruang lingkup bidang tugasnya.
k.
Berwawancara
dengan orang tua murid dan pengurus BP3 atau PMOG tentang hal-hal yang mengenai
tentang pendidikan anak-anak mereka.
D.
Tujuan Supervisi Pendidikan
Menurut
Soecipto dan Kosasih kegiatan supervisi dilaksanakan melalui berbagai proses pemecahan
masalah pembelajaran. Tujuan supervisi adalah untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pembelajaran di sekolah dengan cara perbaikan dan perkembangan proses
belajar mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi pendidikan
tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina
pertumbuhan profesi guru termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang
menunjang kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan
keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal
implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pembelajaran,
prosedur dan teknik evaluasi pengajaran.
Dilihat
dari peran dan tujuan supervisi, Soetjipto dan Kosasih mengatakan ada dua
tujuan, yaitu :
1.
supervisi
traktif
Yaitu supervisi yang bertujuan untuk
melakukan perubahan kecil untuk menjaga kontinyuitas. Bentuk supervisi ini
berupa pertemuan rutin guru-guru untuk mendiskusikan kesulitan-kesulitan
ringan, dan lain-lain.
2.
supervisi
dinamik
Yaitu supervisi yang diarahkan untuk
melakukan perubahan besar secara lebih intensif berkaitan dengan praktek
pembelajaran di sekolah.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas proses supervisi pendidikan, kegiatan supervisi perlu dilandasi
hal-hal berikut.
a.
Kegiatan
supervisi pendidikan harus berlandaskan nilai-nilai pancasila.
b.
Pemecahan
masalah supervisi harus berlandaskan pendekatan ilmiah dan dilakukan secara
kreaktif. Pendekatan ilmiah berarti berfikir secara logis, objektif, mengacu
pada data yang dapat diverifikasi dan terbuka terhadap kritik.
c.
Keberhasilan
supervisi harus dinilai sejauh mana kegiatan tersebut menunjang prestasi
belajar peserta didik.
d.
Supervisi
pendidikan harus menjamin kontinuitas perbaikan dan perubahan program
pembelajaran.
e.
Supervisi
pendidikan bertujuan mengembangkan keadaan yang favorable untuk terjadinya
proses pembelajaran efektif.
Secara
nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah:
1. membantu guru melihat dengan jelas
tujuan-tujuan pendidikan,
2. membantu guru dalam membimbing
pengalaman belajar murid,
3. membantu guru dalam menggunakan alat
pelajaran modern,
4. membantu guru dalam menilai kemajuan
murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri,
5. membantu guru dalam menggunakan
sumber-sumber pengalaman belajar,
6. membantu guru dalam memenuhi
kebutuhan belajar murid,
7. membantu guru dalam membina reaksi
mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan
mereka,
8. membantu guru baru di sekolah
sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya,
9. membantu guru agar lebih mudah
mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan
sumber-sumber yang berasal dari masyarakat,
10.
membantu
guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan
sekolah.
E.
Sasaran Supervisi Pendidikan
Kegiatan supervisi yang sesuai dengan sasarannya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
1.
supervisi akademik
Supervisi ini lebih menitikberatkan pengamatan pada
masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam
proses belajar mengajar.
2.
supervisi administrasi
Supervisi yang lebih menitikberatkan pengamatan pada
aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya
pembelajaran.
Di samping dua macam supervisi yang disebut dengan
objeknya atau sasarannya, ada lagi supervisi yang lebih luas yaitu supervisi
lembaga dan akreditasi. Yang membedakan antara kedua hal tersebut adalah pelaku
dan waktu dilaksanakannya. Supervisi lembaga dilakukan oleh orang yang ada di
dalam lembaga yaitu kepala sekolah dan dari luar lembaga yaitu pengawas secara
terus menerus, sedangkan supervisi akreditasi dilakukan oleh tim dari luar
hanya dalam waktu-waktu tertentu. Tujuannya sama yaitu meningkatkan kualitas
lembaga baik parsial maupun keseluruhan. Dengan kata lain yang menjadi sasaran
atau objek supervisi akademik, supervisi administrasi, supervisi lembaga, dan
supervisi akreditasi adalah sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga, tetapi
lingkup dan harapan tentang kualitasnya berbeda.
F.
Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan terdapat tiga unsur pokok yang
saling berkaitan antara satu dengan lainnya unsur-unsur yang dimaksud adalah
personal, material, dan operasional. Oleh sebab itu, ruang supervisi pendidikan
pun mencakup ketiga unsur tersebut yang bila dijabarkan sebagai berikut.
1.
Unsur Personal
Lingkup pertama dalam supervisi pendidikan adalah para
personal dalam sekolah yang disupervisi, para personal yang dimaksud adalah
Kepala Sekolah, pegawai tata usaha, guru, siswa.
a.
Kepala Sekolah
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap kepala
sekolah yaitu:
ü masalah jalannya pendidikan dan
pengajaran,
ü masalah program pendidikan dan
pengajaran disekolah,
ü masalah kepemimpinan kepala sekolah,
ü masalah administrasi sekolah,
ü masalah kerja sama sekolah lain dan
instansi terkait lainnya,
ü masalah kebijaksanaan sekolah yang
menyangkut kegiatan intra dan ekstra kurikuler,
ü masalah BP3, POMG, dan lain-lain.
b.
Pegawai Tata Usaha
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap tata
usaha sekolah dan seluruh stafnya antara lain:
ü masalah administrasi sekolah,
ü masalah data dan statistik sekolah,
ü masalah pembukuan,
ü masalah surat menyurat dan
kearsipan,
ü masalah rumah tangga sekolah,
ü masalah pelayanan terhadap kepala
sekolah, guru dan siswa,
ü masalah laporan sekolah dan
lain-lain.
c.
Guru
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap guru
antara lain:
ü masalah wawasan dan kemampuan,
ü masalah kehadiran dan aktivitas
guru,
ü masalah persiapan mengajar guru,
mulai dari penyusunan analisis materi pelajaran, program tahunan, program
semester, program satuan pelajaran sampai dengan persiapan mengajar harian atau
perencanaan pengajaran,
ü masalah pencapaian target kurikuler
dan kegiatan ekstra kurikuler,
ü masalah kerjasama guru dengan siswa,
dengan sesama guru, dengan tata usaha dan dengan kepala sekolah,
ü masalah tri pusat pendidikan yang
terdiri atas sekolah, keluarga dan masyarakat,
ü masalah kemampuan belajar siswa.
d.
Siswa
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap siswa
antara lain:
ü motivasi belajar siswa,
ü tingkat kesulitan yang dialami
siswa,
ü keterlibatan siswa dalam berbagai
kegiatan intra dan ekstra kurikuler,
ü pengembangan organisasi siswa,
ü sikap guru dan kepala sekolah
terhadap siswa,
ü keterlibatan orang tua siswa dalam
berbagai kegiatan sekolah,
ü kesempatan memperoleh pelayanan
secara prima dari sekolah.
2.
Unsur Material
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap material
dan sarana fisik lainnya:
a. ketersediaan ruangan untuk
perpustakaan, labolaturium, ruang praktek ibadah, aula dan lain-lain,
b. pengelolaan dan perawatan terhadap
fasilitas tersebut,
c. pemanfaatan buku-buku teks pokok dan
buku-buku penunjang,
d. pemanfaatan dan perawatan alat-alat
kesenian dan sebagainya.
3.
Unsur Operasional
Hal-hal yang perlu disupervisi dari unsur operasional
antara lain:
a. masalah yang berkaitan dengan teknik
edukatif, yang mencakup:
ü kurikulum,
ü proses belajar mengajar,
ü evaluasi/penilaian,
ü kegiatan ekstra kurikuler.
b. masalah yang berkaitan dengan teknik
administrasi, mencakup:
ü administrasi personal,
ü administrasi material,
ü administrasi kurikulum dan
sebagainya.
c. masalah yang berkaitan dengan
koordinasi dan kerjasama, mencakup:
ü sekolah dengan keluarga dan
masyarakat,
ü sekolah dengan sekolah-sekolah
lainnya,
ü sekolah dengan lembaga swadaya
masyarakat,
ü sekolah dengan organisasi
kepemudaan,
ü sekolah dengan instansi pemerintah
terkait.
G.
Teknik dan Metode supervisi
Metode
dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh oleh pengawas
pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai oleh system perorangan
maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri, sedangkan teknik adalah
langkah-langkah konkrit yang dilaksanakan oleh seorang supervisor, dan teknik
yang dilaksanakan dalam supervisi dapat ditempuh melalui berbagai cara, yakni
pada prinsipnya berusaha merumuskan
harapan-harapan menjadi sebuah kenyataan.
Teknik
supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan tertentu,
baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru-guru dalam mengajar,
masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan serta masalah-masalah
lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
Dalam
supervisi terdapat dua teknik besar, yakni teknik individual dan teknik
kelompok.
Tabel teknik individual
NO
|
Teknik Supervisi
|
Prinsip Dasar Supervisi
|
Tujuan Supervisi
|
Analisis
|
1.
|
Observasi
|
Perekaman
informasi secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar
|
Memvalidasi
keberhasilan tujuan pendidikan yang dilakukan oleh guru
|
Timbulnya
kesan serta kesenjangan antara atasan dan bawahan
|
2.
|
Pertemuan
Individu
|
Dilaksanakan
setelah observasi dilakukan, sehingga terjalin hubungan akrab
|
Menganalisa
kesulitan-kesulitan belajar baik yang ditimbulkan oleh guru maupun oleh
komponen yang lain
|
Hendaknya
dilakukan oleh supervisor yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi.
|
3.
|
Kunjungan
Antar Guru
|
Pertukaran
pengalaman yang dilaksanakan oleh forum guru
|
Meningkatkan
sikap, keterampilan serta pengetahuan
|
Menumbuhkan
prinsif pengajaran yang menyenangkan oleh berbagai pihak
|
4.
|
Evaluasi
Diri
|
Menumbuhkan
dan mengembangkan potensi diri secara akurat
|
Menumbuhkan
dan membangkitkan keberanian diri pada guru
|
Kesulitan
yang dihadapi akan kembali pada sejauhmana masing-masing individu memiliki
kesadaran diri
|
5.
|
Bulletin
Supervisi
|
Pemusatan
hasil belajar berdasarkan secara menyeluruh
|
Menciptakan
komunikasi internal dan bersifat pengembangan staf
|
Pengoptimalisasian
media cetak bagi pendidikan
|
6.
|
Bacaan
Profesional
|
Memperkaya
pengalaman individual
|
Penggalian
potensi diri secara akurat
|
Ketersediaan
sarana sekolah menjadi penghambat utama
|
7.
|
Menulis
Profesional
|
Mengoptimalkan
potensi diri melalui tulisan ilmiah
|
Meningkatkan
kemandirian profesional
|
Kurangnya
percaya diri dalam menulis yang dirasakan oleh banyak kalangan, serta media
yang kurang mendukung
|
Tabel teknik kelompok
NO
|
Teknik Supervisi
|
Prinsip Dasar Supervisi
|
Tujuan Supervisi
|
Analisis
|
1.
|
Rapat
Sekolah
|
Merencanakan
bersama-sama visi. Misi, orientasi dan strategi sekolah
|
Memperbaiki
kualitas personil staf dan program sekolah
|
Rapat
berjenjang dengan memperhatikan kualitas efektifitas dan efisiensi
|
2.
|
Orientasi
Guru Baru
|
Memperkenalkan
dan memperkaya pengalaman dengan jalan bertukar pengalaman
|
Mendapatkan
informasi bagi guru baru tentang sekolah terkait
|
Jarang
dilakukan karena kurangnya kesadaran untuk hal tersebut
|
3.
|
Laboratorium
Kurikulum
|
Membantu
pengembangan kurikulum bagi pihak terkait, terutama guru
|
Membantu
guru dan personil sekolah dalam mengembangkan dan memperbaiki kurikulum
|
Hal ini
baru dikembangkan oleh sekolah-sekolah unggul
|
4.
|
Panitia
|
Memecahkan
masalah-masalah khusus dalam tugas kepanitiaan sekolah
|
Mendorong
keberanian dan menciptakan kesempatan bagi individu dalam pengalaman
profesional
|
Kecenderungan
melemparkan tugas-tugas tertentu sering terjadi
|
5.
|
Perpustakaan
Profesional
|
Memberikan
bantuan dalam peningkatan kompetensi profesional
|
Memotivasi
peningkatan pengetahuan
|
Pembentukan
kebiasaan sesuatu yang harus dilaksanakan sedini mungkin
|
6.
|
Demonstrasi
Mengajar
|
Peningkatan
didaktik dan Metodik Guru
|
Membantu
mengembangkan pengajaran yang efektif
|
Jarang
dilaksanakan selain kurang adanya percaya diri juga tingkat pemotivasian yang
rendah
|
7.
|
Lokakarya
|
Menghidupkan
kerjasama yang memadai
|
Pemecahan
masalah dan situasi sehari-hari
|
Membutuhkan
biaya yang cukup tinggi
|
8.
|
Darmawisata
(Field Trips for Staff Personnels)
|
Memberikan
kesempatan pada pengembangan staf
|
Memahami
teknik supervisi yang ditentukan oleh kebutuhan staf
|
Perlunya
tindak lanjut dengan sistem evaluasi yang memadai
|
9.
|
Diskusi
Panel
|
Memperkaya
ide dan gagasan dalam pemecahan masalah
|
Menumbuhkan
sikap, pengetahuan dan keterampilan
|
Sikap
berpikir kritis sangat diperlukan namun hal ini jarang dilaksanakan karena
mengingat besar biaya yang harus dikeluarkan
|
10.
|
Pelatihan (In
Service Training)
|
Mengacu
pada azas pendidikan seumur hidup
|
Pemenuhan
kebutuhan tenaga profesional
|
Diperlukan
strategi yang memadai dalam pengembangan ini
|
11.
|
Organisasi
profesi
|
Keanggotaan
dalam profesi menjadi kebutuhan tersendiri
|
Peningkatan
tanggung jawab dan kesadaran
|
Sejauh ini
patut dipertanyakan lembaga ini dalam pengembangan karir.
|
Pada
teknik individual seperti dengan melakukan kunjungan dan observasi kelas, pada
beberapa pendapat sering dipandang sebagai salah satu kegiatan yang menyebabkan
prediksi yang berbeda terutama di kalangan guru serta kepala sekolah yang
diamati pengawas satuan pendidikan.
Sisi
lain yang juga harus dikembangkan dalam kunjungan kelas satu observasi adalah
menghilangkan adanya kesan atasan dan bawahan. Hal yang tidak kalah pentingnya
adalah bahwa observasi kelas hendaknya dilakukan dengan memakai instrument yang
telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak dengan sebelumnya melakukan
pertemuan pribadi atau paling tidak diberitahukan terlebih dahulu kisi-kisi yang
akan diujikan di lapangan supervisor. Walaupun pada takaran praktis, metode
kunjungan kelas atau observasi kelaziman guru memiliki prediksi dan penilaian
yang kurang baik, bahkan tidak sedikit guru yang memberikan permusuhan, terlebih
dengan perilaku observer yang kurang menghargai, walaupun sebenarnya dalam hal
ini terjadi tarik menarik yang kurang didasarkan atas prinsip dan prosedur
pengawasan mutu pendidikan yang berpatokan pada standar mutu.
Pada prinsip
umumnya kunjungan kelas dilakukan dengan tiga kegiatan, yaitu:
1.
kunjungan
atas permintaan dan undangan dari guru,
2.
kunjungan
yang diberitahukan oleh kepala sekolah, dan
3.
kunjungan
mendadak yang memang dilaksanakan oleh supervisor sebagai bahan dari tugas dia
sebagai pengawas mutu pendidikan.
Menurut Soecipto
dan Kosasih, teknik supervisi memiliki empat pendekatan, yaitu:
1.
pendekatan
humanistik
Pendekatan humanistik timbul dari
keyakinan bahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata untuk
meningkatkan kualitas belajar mengajar. Guru bukan masukan mekanistik dalam
proses pembinaan, dan tidak sama dengan masukan sistem lain yang bersifat
kebendaan. Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus
menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti pola
perkembangan itu. Belajar harus dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman
nyata yang diambil secara rill.
Teknik supervisi yang digunakan oleh
para supervisor yang menggunakan humanistik tidak mempunyai format yang
standar, tetapi tergantung pada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya melakukan
observasi tanpa melakukan analisis dan interpretasi, mungkin ia hanya mendengar
tanpa membuat observasi atau mengatur penataan dengan atau tanpa memberi sumber
dan bahan belajar yang diminta guru. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi
bagian-bagian, yaitu (pembicaraan awal),
observasi, analisis, dan interpretasi serta pembicaraan akhir, maka supervisi
dilakukan sebagai berikut.
a.
Pembicaraan Awal
Dalam pembicaraan awal, supervisor memancing apakah
dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara
informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta dibantu, maka proses
supervisi akan berhenti. Ini disebut dengan titik lanjutan atau berhenti.
b.
Observasi
Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan
observasi kelas. Dalam observasi kelas, supervisor masuk kelas dan duduk di belakang
tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan kelas.
c.
Analisis dan Interpretasi
Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali ke kantor
memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. Jika menurut supervisor, guru telah menemukan jawaban maka supervior
tidak akan memberikan nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasehat oleh
guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa memberikan penilaian.
Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut untuk
memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya supervisor akan memberikan
kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang sekiranya tepat dalam upaya
mengatasi kesulitannya.
d.
Pembicaraan Akhir
Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode ini guru
dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini,
supervisor berusaha membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab
kalau ada pertanyaan dan menanyakan jikalau guru perlu bantuan lagi.
e.
Laporan
Laporan disampaikan secara deskriptif dengan
interpretasi berdasarkan judgment
supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atas kepala
sekolah (kakandep), untuk bahan perbaikan selanjutnya
2.
pendekatan
kompetensi
Pendekatan ini mempunyai makna bahwa
guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya.
Pendekatan kompetensi didasarkan atas asumsi bahwa tujuan supervisi adalah
membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Guru tidak memenuhi
kompetensi itu dianggap tidak akan produktif. Tugas supervisor adalah
menciptakan lingkungan yang sangat terstruktur sehingga secara bertahap guru
dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Situasi yang
terstruktur ini antara lain meliputi adanya definisi tentang tujuan kegiatan
supervisi yang dilaksanakan untuk tiap kegiatan, penilaian kemampuan guru dengan segala pirantinya, program supervisi yang
dilakukan dengan segala rencana terinci dengan pelaksanaannya, dan monitoring
kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui apakah program itu berhasil atau
tidak.
Teknik supervisi yang menggunakan
pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut.
a. Menetapkan kriteria unjuk kerja yang
dikehendaki. Misalnya kompetensi untuk mengajarkan sejarah dapat diuraikan
kedalam kompetensi yang lebih rinci seperti kompetensi dalam membuat persiapan
mengajar dengan memakai lebih dari satu sumber keterampilan mengelola kelas
dimana digunakan metode diskusi atau keterampilan evaluasi tentang reaksi siswa
dalam belajar sejarah dan sebagainya.
b. Pengetahuan ini dipakai untuk
menentukan target supervisi yang akan datang.
c. Menetapkan target unjuk kerja. Dari
komponen dan analisis kemampuan, supervisor dan guru menentukan target yang
akan dicapai.
d. Menentukan aktifitas unjuk kerja.
Misalnya, apabila tujuan supervisi itu adalah untuk mengubah aspek prilaku
guru, maka harus dinyatakan secara jelas perubahan apa yang dikehendakinya dan
kegiatan apa yang digunakan untuk mencapai perubahan itu. Dalam kegiatan ini,
harus jelas jenis, jadwal, dan sumber yang perlu digunakan.
e. Memonitor kegiatan untuk mengetahui
unjuk kerja. Dalam memonitoring ini supervisor mengumpulkan dan mengelola data
menjadi informasi tentang seberapa jauh pencapaian target yang telah disetujui.
f. Melakukan penilaian terhadap hasil
monitoring. Menilai berarti manafsirkan informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan
sampai dimana target yang telah ditetapkan tercapai. Dalam hal ini perlu
dilakukan penilaian diri sendiri oleh guru dan kemudian dibandingkan dengan
penilaian supervisor terhadap unjuk kerja guru.
g. Pembicaraan akhir. Pembicaraan ini
menyangkut diskusi secara intensif tentang pencapaian target, supervisor harus
memusatkan perhatiannya untuk membantu guru melihat secara positif hasil
penilaian itu. Dalam pembicaraan akhir ini harus dirumuskan tindak lanjut yang
perlu dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab
guru.
Instrumen supervisi yang digunakan
dalam pendekatan ini adalah format-format yang berisi tentang tujuan supervisi,
target yang akan dicapai, tugas supervisor dan guru untuk memperbaiki unjuk
kerja guru, kriteria pencapaian target,
pengumpulan data monitoring, dan evaluasi dan tindak lanjut.
Analisis dilakukan secara bersama-sama
(kolaboratif) antara supervisor dan guru, sehingga dicapai kesepakatan tentang
status kompetensi guru setelah pelaksanaan supervisi. Kesepakatan ini dilakukan
melalui pembicaraan akhir.
3.
pendekatan
klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah
proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan
dari proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual.
Oleh karena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru secara
tatap muka dan individual. Pendekatan ini mengkombinasikan target yang
tersruktur dan pengembangan pribadi.
Supervisi klinis adalah suatu proses
tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan ada
yang hubungannya dengan itu. Pembicaraan itu bertujuan untuk membantu.
Pengembangan profesional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran
itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar
guru berdasarkan hasil observasi. Goldhmmer, Anderson dan Krajewski
mengemukakan sembilan karateristik supervisi klinis, yaitu:
a.
merupakan
teknologi dalam memperbaiki pengajaran,
b.
merupakan
intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran,
c.
berorientasi
kepada tujuan, mengkombinasikan tujuan sekolah, dan mengembangkan kebutuhan
pribadi,
d.
mengandung
pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor,
e.
memerlukan
saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian, dukungan dan komitmen
untuk berkembang,
f.
suatu usaha
yang sistematik namun memerlukan keluwesan dan perubahan metologi yang twerus
menerus,
g.
menciptakan
ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan antara keadaan real dan
ideal,
h.
mengasumsikan
bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan denagn guru, dan
i.
memerlukan
latihan untuk supervisor.
Sasaran
supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian
guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai keterampilan
pada guru yang meliputi, keterampilan mengamati dan memahami (mempersepsi)
proses pengajaran secara analistis, keterampilan menganalisis proses pengajaran
secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat, keterampilan
dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaan, dan keterampilan
dalam mengajar.
Seperti yang
telah disebutkan sasaran supervisi klinis adalah perbaikan cara mengajar dan
bukan pengubahan kepribadian guru. Biasanya sasaran ini dioperasikan dalam
sasaran-sasaran yang lebih kecil, yaitu bagian keterampilan mengajar yang
bersifat spesifik, yang mempunyai arti sangat penting dalam proses mengajar.
Analisis konstruktif dilakukan untuk dapat secara tepat memberi penguatan (reinforcement) kepada pola tingkah laku
yang berhasil, dan mengarahkan serta tidak mencela atau menghukum pola-pola
tingkah laku yang belum sukses.
Dalam
supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan
masalah pengajaran di kelas. Sasaran supervisi klinis seringkali dipusatkan
pada kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas mengajar,
keterapilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (generic skill) yang meliputi
keterampilan dalam menggunakan variasi dalam menagajar dan menggunakan
stimulasi, keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar, dan keterampilan
dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.
Terdapat
lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis yaitu pembicaraan
pra-observasi, melaksanakan observasi,
melakukan analisis dan penentu strategi, melakukan pembicaraan tentang hasil
supervisi, dan melakukan analisis setelah pembicaraan.
4.
pendekatan
profesional
Menunjuk pada fungsi utama guru yang
melaksanakan pengajaran secara profesional. Asumsi dasar pendekatan ini adalah
bahwa karena tugas utama profesi guru itu adalah mengajar maka sasaran
supervisi juga harus mengarahkan pada hal-hal yang menyangkut tugas mengajar
itu, dan bukan tugas guru yang bersifat administratif.
Di bawah ini dikemukakan teknik supervisi profesional
sebagai berikut.
a.
Penataran
yang diberikan kepada guru harus diberikan bersama dengan kepala sekolah (dan
pengawas). Sekolah yang diberi penataran langsung disebut sekolah inti, dan
sekolah yang mendapat penataran dari sekolah inti disebut sekolah imbas. Isi
penataran bersama ini meliputi metode umum tentang pemanfaatan waktu belajar,
perbedaan individual siswa, belajar aktif, belajar kelompok, teknik bertanya
dan umpan balik; metode khusus IPA, matematika, IPS, dan bahasa; pengalaman
lapangan para petatar dalam menerapkan metode umum dan metode khusus; dan
pembinaan profesional.
b.
Penggugusan
merupakan teknik pembinaan di dalam masing-masing sekolah maupun di dalam
kelompok sekolah yang berdekatan.
KKG, KKKS,
KKPS, dan PKG dipergunakan sebagai wadah pengorganisasian dan pembinaan guru,
kepala sekolah, dan pengawas sekolah unttuk melakukan kegiatan peningkatan
kualitas pengajaran. KKG (Kelompok Kerja Guru), berfungsi sebagai wadah untuk
melakukan berbagai kegiatan penunjang, kegiatan belajar mengajar, antara lain
merencanakan strategi belajar mengajar, membuat alat pengajaran, membuat lembar
kerja/lembar tugas, dan mendiskusikan masalah-masalah yang dijumpai di kelas
masing-masing guru. KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), berfungsi sebagai
wadah koordinasi dalam upaya pembinaan mata pelajaran, proses belajar mengajar,
dan hal-hal lain yang berkenaan dengan pengelolaan sekolah umumnya dan
pembinaan profesional khususnya. KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah),
berfungsi sebagai wadah diskusi, tukar menukar informasi dan pengalaman,
mencari dan menemukan alternatif penyelesaian masalah yang dijumpai di sekolah,
serta menetapkan keseragaman tindakan dalam pembinaan. PKG singkatan dari Pusat
Kegiatan Guru. Jika KKG, KKKS, dan KKPS menunjukan pada kegiatan maka PKG
merupakan tempat berlangsungnya KKG, KKKS, maupun KKPS.
H.
Proses Pelaksanaan Supervisi
Pendidikan
Proses
supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan.
Menurut Tim Pakar Manajemen Pendidikan, secara umum proses pelaksanaan
supervisi dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
1.
Perencanaan
Perencanaan kegiatan mengacu pada kegiatan
identifikasi permasalahan. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam perencanaan
supervisi adalah sebagai berikut.
a.
Mengumpulkan
data melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat staf
b.
Mengolah
data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap data yang dikumpulkan.
c.
Mengklasifikasi
data sesuai dengan bidang permasalahan.
d.
Menarik
kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
e.
Menetapkan
teknik yang tepat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan profesionalisme
guru.
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan merupakan kegiatan nyata yang
dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan guru. Kegiatan
pelaksanaan merupakan kegiatan pemberian bantuan dari supervisor kepada guru
agar pelaksanaan dapat efetif harus sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan dan terlaksananya teknik supervisi melainkan ada follow up untuk melihat keberhasilan
proses dan hasil pelaksanaan supervisi.
3.
Evaluasi
Evaluasi kegiatan merupakan kegiatan untuk menelaah
keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan supervisi. Evaluasi dilaksanakan
secara komprehensif. Sasaran evaluasi supervisi ditujukan kepada semua orang
yang terlibat dalam proses pelaksanaan supervisi. Hasil dari evaluasi supervisi
akan dijadikan pedoman untuk menyusun program perencanan berikutnya. Soetopo
dan Soemanto mengemukakan evaluasi berpedoman pada tujuan yang telah ditetapkan
dan tujuan supervisi dirumuskan sesuai dengan corak dan tujuan sekolah.
Menurut Burhanuddin dkk, prosedur
supervisi menempuh tiga langkah, yaitu pertemuan pendahuluan, observasi guru
yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan. Di bawah ini diuraikan tentang
tiga langkah tersebut.
1.
Tahap Pertemuan Pendahuluan
Supervisi dilaksanakan atas dasar
kebutuhan guru, bukan kebutuhan kepala sekolah atau supervisor. Untuk itu pada
tahap pertemuan pendahuluan kepala sekolah (supervisor) membicarakan kemampuan
mengajar yang ingin ditingkatkan oleh guru, ditentukan aspek-aspeknya, kemudian
disepakati bersama oleh guru dan supervisor. Pelaksanaan supervisi pada tahap
pendahuluan ini membutuhkan kiat supervisor dalam menciptakan suasana yang
menyenangkan, suasana kekeluargaan, kesejawatan, dan kehangatan.
Guru tidak merasa takut atau tertekan
sehingga guru mau dan berani mengungkapkan permasalahan dan kebutuhan dalam
mengajar di kelas. Kalau guru belum berani mengungkapkan permasalahan mengajar
yang dihadapinya, maka supervisor diharapkan mampu memancing pembicaraan guru
dengan pertanyaan yang baik. Demikian seterusnya sampai terjadi komunikasi yang
baik antara supervisor dan guru. Kalau guru sudah mengungkapkan apa yang ingin
dikembangkan atau kemampuan apa yang ingin ditingkatkan maka disepakati bersama
menjadi semacam kontrak antara guru dan supervisor. Kontrak inilah yang menjadi
pusat perhatian dalam tahap observasi kelas dan pertemuan balikan.
Kegiatan di dalam tahap pendahuluan
yaitu supervisor menciptakan suasana intim dan terbuka, mengulas kembali
rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, yang mencakup tujuan
pembelajaran, bahan, kegiatan belajar mengajar, serta alat evaluasi, mengulas
kembali komponen ketrampilan yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar. Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi
yang akan digunakan dan mendiskusikan instrumen tersebut termasuk tentang cara
penggunaannya, serta data yang akan dijaring. Hasilnya berupa kontrak yang
disepakati bersama.
2.
Tahap Observasi Kelas (Observasi
Guru yang sedang Mengajar)
Observasi kelas sangat perlu
dilakukan oleh supervisor. Neagley dan Evan dalam Mantja mengemukakan bahwa
observasi dan kunjungan kelas yang diikuti dengan conference (pre dan post) adalah tulang punggung supervisi. Pada
tahap ini guru mengajar di kelas dengan menerapkan komponen-komponen
keterampilan yang telah disepakati pada pertemuan pendahuluan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pelaksanaan observasi ini yaitu catatan observasi harus lengkap supaya
analisisnya tepat, objek observasi harus terfokus pada aspek ketrampilan
tertentu, selain rekaman observasi, dalam hal tertentu supervisor perlu membuat
komentar-komentar yang letaknya terpisah dengan hasil rekamaan observasi, kalau
ada kata-kata guru yang mengganggu proses belajar mengajar juga perlu dicatat
oleh supervisor, supervisor hendaknya berusaha agar selama observasi guru tidak
gelisah tetapi berpenampilan secara wajar.
3.
Tahap Pertemuan Balikan
Secara rinci kegiatan supervisor dan
guru dapat ditelaah pada paparan ketika supervisor memberi penguatan serta
mewujudkan perasaan guru secara umum selama mengajar. Hal ini untuk menciptakan
suasana akrab dalam pertemuan balikan, mengulas balik tujuan pembelajaran, mengulas
balik tingkat ketrampilan serta perhatian utama guru dalam mengajar, supervisor
menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan
perhatian utama.
Pertanyaan diawali dengan hal-hal
yang menyenangkan guru karena keberhasilannya, kemudian dilanjutkan dengan
pertanyaan yang dianggapkan kurang berhasil, menunjukkan data hasil observasi
yang telah dianalisis dan diinterpretasi awal oleh supervisor, kemudian memberi
waktu guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya, secara bersama-sama,
menanyakan kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpretasinya,
menanyakan perasaan guru tentang melihat keinginan yang sebenarnya dicapai,
menyimpulkan hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya dicapai, menentukan
bersama rencana mengajar yang akan datang baik berupa dorongan untuk
meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai pada tahap sebelumnya (proses belajar
mengajar yang telah dilakukan) maupun ketrampilan-ketrampilan yang perlu
disempurnakan.
BAB III
“KEPEMIMPINAN”
A.
Pengertian
Kepemimpinan (Leadership)
Dalam
suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi
secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat
membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam
organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka dibutuhkan sumber seperti
perlengkapan, metode kerja, bahan baku dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan
mengarahkan sumber daya ini disebut dengan manajemen. Sedangkan inti dari
manajemen adalah kepemimpinan (leadership).
Untuk
menunjang keberhasilan fungsi manajemen dalam organisasi dibutuhkan seorang
pemimpin yang dapat melaksanakan tugas dan fungsi manajemen serta dapat
memberikan motivasi untuk tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan oleh semua
organisasi atau lembaga. Bila dicermati, efektivitas dari struktur kelembagaan
yang ada sangat tergantung pada kualitas seorang pemimpin yang muncul pada
lembaga tersebut.
Kepemimpinan
dapat menentukan apakah suatu organisasi mampu mencapai tujuan-tujuan yang
ditetapkan. Kepemimpinan mempunyai rangkaian kegiatan penataan yang diwujudkan
sebagai kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
Menurut
Miftah Toha kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan mempengaruhi
perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi
perilaku manusia, baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan dapat terjadi
dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku
orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Apabila
kepemimpinan itu dibatasi oleh tata krama birokrasi atau dikaitkan dalam suatu
organisasi tertentu, maka dinamakan manajemen. Seorang manajer dapat saja
berperilaku sebagai seorang pemimpin asalkan dia mampu mempengaruhi orang lain
untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi seorang pemimpin belum tentu harus
menyandang jabatan manajer untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan kata
lain, seorang pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi seorang manajer bisa
berperilaku sebagai seorang pemimpin. Perbedaan antara pemimpin dengan manajer
dinyatakan secara jelas oleh Bennis dan Nanus yaitu pemimpin berfokus pada mengerjakan
yang benar, sedangkan manajer memusatkan perhatian mengerjakan secara tepat.
Kepemimpinan memastikan tangga yang didaki bersandarkan pada tembok secara
tepat, sedangkan manajer mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien
mungkin. Kotter dalam Robin berpendapat bahwa manajemen berkaitan dengan
penanganan masalah, sedangkan kepemimpinan berkaitan dengan penanganan
perubahan.
Menurut
Chapman kepemimpinan efektif tergantung pada landasan yang kokoh sebagai
manajer. Seseorang dapat saja menjadi manajer luar biasa tanpa pemimpin, tetapi
seseorang tidak mungkin menjadi pemimpin luar biasa tanpa menjadi manajer yang
baik pula.
Manajer
suatu perusahaan baik manajer tingkat atas, menengah maupun bawah mempunyai
peranan yang sama, hanya beberapa lingkungan yang pada akhirnya membuat bobot
peranan itu sedikit berbeda. Menurut Gibson ada beberapa perspektif tentang
kepemimpinan.
1.
Kepemimpinan
tidak sama dengan manajemen.
2.
Kepemimpinan
adalah konsep yang rumit.
3.
Sifat-sifat
kepemimpinan dapat dikembangkan melalui pengalaman, pelatihan, dan analisis.
4.
Keefektifan
kepemimpinan terutama bergantung pada kecocokan antara pemimpin, pengikut, dan
situasi.
5.
Kepemimpinan
berubah-ubah dalam berbagai lingkungan dan situasi yaitu dalam beberapa situasi
kepemimpinan bukan merupakan hal penting atau bukan suatu pengaruh yang
signifikan.
Stogdill,
Bass menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu interaksi antara anggota
kelompok. Pemimpin adalah agen perubahan, seseorang yang mempunyai tindakan
yang berakibat mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan terjadi ketika
seseorang anggota kelompok memodifikasi motivasi atau kemampuan orang lain
dalam kelompok.
Stogdill
menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini
disebabkan banyak sekali yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan
tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai
beberapa unsur yang sama.
Robert
Tannenbaun, Irving R. Weschler dan Fred Massarik memberi batasan kepemimpinan
sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan, melalui proses
komunikasi, kearah tercapainya suatu tujuan ataupun tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut
Terry bahwa kepemimpinan adalah hubungan antara seseorang dengan orang lain,
pemimpin mampu mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama dalam
tugas-tugas yang berkaitan untuk mencapai apa yang diinginkannya. Selanjutnya
Robbin mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
sekelompok orang kearah pencapaian tujuan.
Berdasarkan
definisi tersebut di atas, Handoko mengklasifikasikan kepemimpinan memiliki
tiga implikasi penting sebagai berikut.
1.
Kepemimpinan
menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima
pengarahan dari pemimpin dimana peta anggota kelompok membantu menentukan
status/kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa
bawahan, kepemimpinan tidak akan ada.
2.
Kepemimpinan
menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang diantara para pemimpin
dan anggota kelompok. Para pemimpin memiliki wewenang untuk mengarahkan
berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak
dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung meskipun dapat
juga melalui sejumlah cara secara tidak seimbang. Menurut French dan Raven
kekuatan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari hal-hal sebagai
berikut.
a.
Reward power, yang
didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin memiliki kemampuan memberikan
hadiah/pujian bagi bawahan yang mengikuti arahan pemimpinnya.
b.
Coercive power, yang
didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin memiliki kemampuan memberikan
hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
c.
Legitimate power, yang
didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin memiliki hak untuk menggunakan
pengaruh dan toritas yang dimiliki.
d.
Referent power, yang
didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para
pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya,
reputasinya, atau karismanya.
e.
Expert power, yang
didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seorang yang memiliki
keahlian dalam bidangnya. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk
kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam
berbagai situasi.
3.
Selain
dapat memberikan pengarahan kepada bawahan atau pengikut, pemimpin dapat juga
mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, pemimpin tidak hanya dapat memerintah
bawahan apa yang harus dilaksanakannya, tetapi juga dapat mempengaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Maka kepemimpinan harus memiliki
kejujuran terhadap diri sendiri (integrity),
sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion),
pengetahuan (cognizance), kepercayaan
terhadap diri sendiri dan orang lain (confiden),
dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication)
dalam membangun organisasi. Kepemimpinan merupakan salah satu tugas manajer,
dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, kepemimpinan merupakan salah
satu fungsi dari manajemen. Sedangkan Wilson Bangun menyatakan kepemimpinan
memiliki empat unsur, yaitu kumpulan orang, kekuasaan, mempengaruhi, dan
menilai. James Mc Gregor dalam Stoner mengatakan bahwa pemimpin yang
mengabaikan komponen moral kepemimpinan mungkin dalam sejarah dikenang sebagai
penjahat atau lebih jelek lagi.
B.
Fungsi dan
Peranan Kepemimpinan
Peranan
kepemimpinan dalam setiap organisasi berbeda-beda tergantung pada
spesifikasinya. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa macam hal, antara lain
jenis organisasi, situasi sosial dalam organisasi dan jumlah anggota kelompok.
Dengan
adanya kenyataan bahwa fungsi dan peran seorang pemimpin yang demikian
kompleks, maka tidaklah dapat dipungkiri bahwa untuk menjadi pemimpin perlu memiliki
syarat-syarat tertentu yang cukup banyak agar seseorang yang akan menduduki
jabatan pemimpin dapat melaksanakan fungsi, tugas, dan peranannya secara
efektif.
Menurut
Terry syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah sebagai
berikut.
1.
Kekuatan
Pemimpin harus memiliki kekuatan jasmani
dan rohani.
2.
Keseimbangan
emosi
Pemimpin harus dapat menguasai perasaannya
dalam keadaan apapun yang dihadapinya
3.
Pengetahuan
tentang hubungan kemanusiaan.
Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengetahui
sifat serta tingkah laku dalam pergaulan.
4.
Motivasi
pribadi
Keinginan menjadi pimpinan harus datang
dari jati dirinya dan ini berakibat pada timbulnya kegairahan dalam bekerja.
5.
Kecakapan
berkomunikasi
Pemimpin haris pandai menyampaikan
informasi dan maksud-maksudnya kepada pihak lain sehingga timbul kerjasama yang
harmonis dengan orang lain.
6.
Kecakapan
mengajar
Pemimpin adalah guru yang baik. Oleh
karena itu dibutuhkan kecakapan untuk mengajar, baik dengan keteladanan maupun
dengan petunjuk-petunjuk yang disampaikan kepada bawahan.
7.
Kecakapan
bergaul
Pemimpin harus mau bekerjasama dengan
yang dipimpin serta dapat menyesuaikan dengan mereka sehingga memperoleh
kepercayaan dan kesetiaan dan dengan sukarela mau bekerja. Pemimpin juga harus
mampu mengembangkan rasa saling menghargai dengan bawahan.
8.
Kemampuan
teknis
Adalah kecakapan-kecakapan pemimpin
dalam hal merencanakan, mengorganisasi, melimpahkan, memberi nasehat, membuat
keputusan, mengawasi, dan kerjasama.
Yuki memberikan
gambaran dua peranan pokok suatu kepemimpinan, yaitu:
1.
peranan
tugas dengan pusat perhatian yang diarahkan pada identifikasi masalah dan
pemecahannya, termasuk alokasi sumber daya monitoring tingkah laku anggota
organisasi agar dapat menjalankan tugas yang dilimpahkan,
2.
peranan
sosial dengan fokus pada manusianya, termasuk hubungan antar pribadi, yang
kondusif terhadap usaha untuk membangun perpaduan kelompok dan pengembangan
kualitas kerja.
Sementara
itu, Conger dan Kanungo menjelaskan lebih jauh, agar peranan seorang pemimpin dapat
membawa perubahan-perubahan yang berarti dalam suatu kelompok dan organisasi
beserta anggotanya, maka diperlukan pengertian yang lebih komprehensif terhadap
fenomena kepemimpinan. Untuk itu mereka berdua menawarkan peranan-peranan
sebagai berikut.
1.
Peranan
pembuatan keputusan.
2.
Peranan
tugas seperti yang tersebut di atas.
3.
Peranan
sosial.
4.
Peranan
kharismatik.
Mengenai
sifat-sifat umum yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin dalam bermacam-macam
situasi adalah sebagai berikut.
1.
Society sensivity, yaitu dengan
tepat dapat merasakan dan mengerti tingkah laku anggota kelompok dan peka terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.
2.
Behavioral flexibility, yaitu dapat
menyesuaikan gaya kepemimpinan untuk mengadakan perubahan sesuai dengan
kebutuhan dan situasi kelompok.
Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah
1.
Peran kepala
sekolah sebagai edukator (pendidik)
Kepala sekolah berperan sebagai pendidik
yang harus berusaha menanamkan, memajukan, dan meningkatkan nilai yakni
perubahan mental, moral, fisik, dan artistik.
a.
Bimbingan
mental
Dalam hal ini kepala sekolah harus dapat menciptakan
iklim yang kondusif agar tenaga pendidik dapat melaksanakan tugas dengan baik,
dengan melengkapi sarana dan prasarana, serta suber belajar untuk memudahkan
guru untuk melaksanakan tugasnya sebagi seorang tenaga pendidik.
b.
Pembinaan
moral
Hal ini berkaitan dengan ajaran yang baik dan buruk
mengenai suatu perbuatan sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing
tenaga pendidik.
c.
Pembinaan
fisik
Hal ini berkaitan dengan kondisi jasmani dan
penampilan manusia.
d.
Pembinaan
artistik
Hal ini berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap
seni dan keindahan, dalam hal ini kepala sekolah mampu merencanakan
berbagai program pembinaan artistik.
2.
Kepala sekolah
sebagai manager
Menajemen merupakan suatu proses merencanakan
organisai, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan. Usaha para anggota
organisasi kita gunakan seluruh sumber dalam mencapai tujuan yang telah di
tetapkan, yaitu :
a. sebagai kepala sekolah harus mampu
menggunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan misi
sekolah,
b. memberi kesempatan kepada tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya, misalnya melalui penataran dan
lokakan sesuai bidang masing-masing.
3.
Kepala sekolah
sebagai administrator
Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki
kemampuan dalam mengelola kurikulum penyusunan administrasi pembelajaran,
peserta didik, personalia, sarana, dan prasarana. Keuangan dapat meningkatkan
kinerja dan produktifitas sekolah.
4.
Kepala sekolah
sebagai supervisor
Kepala sekolah sebagai supervisor harus mewujudkan
kemampuan menyusun program supervisi kelas, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler,
supervisi perpustakaan, dan laboratorium. Kepala sekolah harus mampu
melaksanakan pengawasan dan pengendalian yang merupakan tindakan preventif
untuk mencegah tenaga kependidikan untuk tidak melakukan penyimpangan dan lebih
berhati-hati melaksanakan tugasnya.
5.
Kepala sekolah
sebagai leader
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader tercermin pada sifat jujur,
percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil keputusan, berjiwa besar, dan
emosi yang stabil.
6.
Kepala sekolah
sebagai inovator
Akan tercermin kepada cara melakukan pekerjaanya
secara konstruktif, kreatif, delegtif, integrative, rasional dan objektif,
dragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable, dan fleksibel.
7.
Kepala sekolah
sebagai motivator
Sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki
strategis yang tepat waktu memberikan motivasi kepada tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya yang dapat di timbulkan melalui
pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja disiplin, dan dorongan.
C.
Gaya dan Tipe Kepemimpinan
Menurut
Stogdill, gaya kepemimpinan merupakan bentuk aktivitas-aktivitas anggota
kelompok yang berkaitan tugasnya. Gaya kepemimpinan dalam hubungannya dengan
bawahan telah diidentifikasi menjadi dua, yaitu:
1.
gaya dengan orientasi tugas (task-oriented)
Pemimpin
mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas
dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkan serta lebih memperhatikan
pelaksanaan pekerjaan dari pada pengembangan dan pertumbuhan karyawan, dan
2.
gaya
dengan orientasi karyawan (employee-oriented)
Pemimpin mencoba untuk lebih memotivasi
bawahan dibandingkan mengawasi.
Unsur
situasi merupakan bentuk keadaan yang ditimbulkan oleh lingkungan yang dimiliki
oleh suatu organisasi yang dipimpinnya.
Tipe
kepemimpinan yang identik dengan gaya kepemimpinan yang dikenal secara luas
antara lain:
1.
tipe otokratik
Pemipin otokratik biasanya seorang
egois. Ia mungkin meminta gagasan dan umpan balik dari bawahan tentang
keputusan yang dibuatnya, tetapi tidak akan mengubah keputusan.
2.
tipe
paternalistik
Pemimpin ini cenderung menganggap
bawahan sebagai manusia yang belum dewasa, bersikap melindungi, jarang memberi
kesempatan bawahan mengambil keputusan, inisiatif dan kreatifitas, dan ia
bersikap maha tahu.
3.
tipe karismatik
Pemimpin ini memiliki daya tarik yang
amat besat dan mempunyai pengikut yang banyak walau mereka tidak paham mengapa
ia dikagumi.
4.
tipe laisser faire
Pemimpin ini kendali bebas memberikan
kekuasaan sepenuhnya kepada anggota atau bawahan karena sangat percaya kepada
mereka.
5.
tipe
militeristik
Tipe ini menggunakan kepemimpinan yang
biasa digunakan dalam dunia militer.
6.
tipe demokratik
Tipe ini menyadari bahwa ia bagian dari
bawahannya, maka dalam pengambilan keputusan ia selalu melibatkan bawahannya.
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Penampilan (kinerja) kepemimpinan
kepala sekolah adalah prestasi yang diberikan dari kepemimpinan seseorang
kepala sekolah secara kuantitatif maupun kualitatif, yang tertukar dalam
membantu tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah sebagai seorang yang diberi
tugas untuk memimpin sekolah, bertanggung jawab atas tercapainya peran dan
tanggung jawab sekolah. Ada tiga dasar pola perilaku pemimpin, yaitu:
1. perilaku
pemimpin yang mengutamakan tugas,
2.
perilaku
pemimpin yang mementingkan kerja sama, dan
3.
perilaku
pemimpin yang mengutamakan hasil.
Gaya kepemimpinan
1.
To task oriented
Dimana pemimpin mengarahkan bawahan
dalam usaha pencapaian tujuan organisasi dengan ditandai dengan planning, organizing, dan kontrolnya.
2.
RO (relasionship oriented)
Dimana seorang pemimpin mempunyai
hubungan kerja yang sifatnya pribadi, dan ditandai dengan adanya saling
mempercayai, menghargai bawahan, dan tenggang rasa terhadap bawahanya.
3.
E (efektivennes)
Dimana seorang pemimpin
berhasil mencapai organisasi sesuai dengan persyaratan kedudukanya. Pemimpin efektif
adalah kemampuan yang selalu menyesuaikan diri dan tingkat kematangan
bawahan, pemimpin yang efektif, dan selalu membantu bawahan dalam perkembangan
mereka, artinya membuat menjadi matang. Perilaku pemimpin cenderung berbeda
dari situasi ke situasi yang lain, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
mampu mengubah perilakunya sesuai situasi yang ada, dan memperlakukan
bawahan sesuai tingkat kematanganya.
Kepala sekolah di tuntut selalu untuk :
a.
bertanggungjawab
agar para guru, staf, siswa menyadari akan tujuan sekolah yang telah di
tetapkan;
b.
setiap
kepala sekolah bertanggungjawab untuk untuk menyediakan segala dukungan,
kegiatan, dan fasilitas dalam kegiatan pembelajaran;
c.
kepala
harus mampu memotivasi kepada tenaga pendidik untuk berperilaku baik.
d.
kepala
sekolah harus tampak dihargai,terpercaya dan seterusnya;
e.
memberikan
bimbingan, mengadakan koordinasi, kegiatan, dan pengawasan;
f.
dapat
menjaga, memelihara keseimbangan antar guru, staf, dan siswa dalam kepentingan
sekolah untuk menciptakan keserasian antara kehidupan sekolah dan masyarakat;
dan
g.
untuk
mengatasi pemasukan mata rantai kepala sekolah yang sebenarnya untuk
menciptakan kepala sekolah yang professioal.
D.
Teori Kepemimpinan
Menurut
Robbins pada dasarnya teori kepemimpinan dapat dibedakan kedalam tiga
pendekatan, yaitu:
1.
teori sifat (traits theories)
Teori ini mengatakan bahwa kepemimpinan
diidentifikasikan berdasarkan atas sifat atau ciri yang dimiliki oleh pemimpin.
Stogdill mengemukakan ciri-ciri spesifik
yang dikaitkan dengan kepemimpinan yaitu ciri-ciri fisik, ciri-ciri kecerdasan
dan kemampuan, kepribadian, karakteristik hubungan tugas dan karakteristik
sosial.
Namun, study tentang ciri-ciri ini tidak mampu menjelaskan kepemimpinan
yang efektif. Karena tidak semua pemimpin mempunyai ciri-ciri yang dimaksud.
2.
teori prilaku (behaviour theories)
Teori ini berusaha menjelaskan apa yang
dilakukan oleh seorang pemimpin yang efektif, bagaimana mereka mendelegasikan
tugas, berkomunikasi dan memotivasi bawahan.
3.
teori
situasional (contingencies theories)
Teori ini secara garis besar menjelaskan
bahwa keberhasilan seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sangat
tergantung terhadap situasi dan gaya kepemimpinan yang digunakannya.
E.
Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
Dr.
M. Sobri Sutikno mengemukakan bahwa, kepala sekolah/madrasah merupakan motor
penggerak, penentu arah kebijakan sekolah yang akan menentukan bagaimana
tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umunya direalisasikan.
Menurut
Hendiyat Soetopo, bahwasanya fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
yaitu menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan siswa dapat belajar dengan
baik. Untuk dapat menjadi manager pendidikan yang berhasil, seorang kepala
sekolah harus memiliki wawasan di bidang manajemen.
Fungsi manajemen
harus diadobsi ke dalam manajemen pendidikan, yaitu:
1.
perencanaan (planning)
Kepala sekolah harus mampu menjadi
perencana yang baik, karena dengan perencanaan yang dibuat akan menentukan baik
dan buruknya organisasi sekolah ke depan.
2.
pengorganisasian
(organizing)
Pembagian kerja yang jelas harus
dilakukan oleh kepala sekolah. Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab yang tepat
harus diberikan kepada guru dan karyawan yang profesional. Karena Rosullulloh SAW
bersabda, ”Bila suatu urusan itu
diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. (HR.
Bukhari)
3.
pengarahan (directing)
Kepala sekolah diharapkan melakukan kegiatan
bimbingan melalui pemerintah, memberi petunjuk, memotivasi kerja, menegakkan
disiplin, agar staf dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan aturan dan pedoman.
4.
pengkoordinasian
(coordinating)
Kepala sekolah harus dapat menghubungkan
tugas dan pelaksanaan tugas bawahan sehingga kegiatan menjadi keselarasan
keputusan, kebijaksanaan, langkah dan tindakan, sikap sehingga terhindar dari
konflik
5.
pengawasan (controlling)
Kepala sekolah harus melakukan
pengawasan sehingga rencana serta pelaksanaan program dapat dilakukan dengan
baik. Keteladanan kepala sekolah akan menjadi salah satu penggerak rekan kerja
dalam melaksanakan pekerjaan. Rosullulloh SAW dapat dijadikan model kepribadian
setiap pemimpin.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Supervisi merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih manusiawi. Supervisi
mengandung arti yang luas dan demokratis. Para supervisor berkewajiban memberi
bimbingan, pembinaan, dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan. Kepemimpinan
merupakan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting
untuk mencapai tujuan organisasi.
Penampilan
(kinerja) kepemimpinan kepala sekolah adalah prestasi yang diberikan dari kepemimpinan
seorang kepala sekolah secara kuantitatif maupun kualitatif, yang tertukar
dalam membantu tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah mampu menimbulakan
dan menggerakan semangat para guru, staf, dan siswa, dalam pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Patah semangat, kehilangan kepercayaan harus dapat
dibangkitkan kembali oleh kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu membawa
perubahan perilaku, sikap, dan intelektual anak didik sesuai dengan tujuan
pendidikan.
B.
Saran
Dalam
pembuatan makalah ini referensi yang digunakan sudah cukup namun apabila akan
menggunakan referensi yang lebih banyak lagi itu akan lebih baik. Waktu yang
diberikan tergolong singkat untuk pembuatan sebuah makalah sehingga untuk
pembuatan makalah selanjutnya disarankan untuk menggunakan referensi dan waktu
yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Sumidjo Wahjo.2003.Kepemimpinan Kepala Sekolah.Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Pidarta, Made.1992.Pemikiran
Tentang Supervisi pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim.2003.Administrasi
dan Supervisi Pendidikan.Bandung:Rosdakarya.
Sergiovanni, T.j.1982.Editor.Supervision
of teaching.Alexandria:Association for Supervition and curriculum
development.
Suhardan Dadang.2007.Supervisi Bantuan Profesiona.Bandung:Mutiara
Ilmu.
Dr.Pudjosumedi,AS,M.Ed
dkk.2013.Profesi Pendidikan.Jakarta:Uhamka
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar