PRESENTASI KELOMPOK 9
IMPLIKASI
PROSES PENYESUAIAN REMAJA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Disusun oleh :
DESI ANGGRAINI NPM (1384202010)
DEWI RATNAOKTASARI NPM (1384202026)
DIAN INDAH SARI NPM (1284202080)
Prodi :
Pendidikan Matematika 4B
Dosen Pengampu : Dra. Eny
Munisah, M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH KOTABUMI-LAMPUNG
T.P. 2013/2014
KOTABUMI, 11 JUNI 2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang
telah memberikan kelapangan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah
ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Pada awalnya banyak sekali kesulitan
dan hambatan yang didapat dalam penulisan makalah ini, namun berkat bantuan
dari berbagai pihak akhirnya mampu terselesaikan.
Harapan penulis, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca yang membutuhkannya.
Penulis sadar bahwa di dalam tulisan
ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada semua pihak yang telah
membacanya. Atas kritik dan saran para pembaca penulis ucapkan terima kasih.
Kotabumi, 11 Juni 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR
ISI........................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar
Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A.
Pengertian Penyesuaian Diri........................................................................... 2
B.
Aspek-Aspek Penyesuaian Diri....................................................................... 2
C.
Proses Penyesuaian Diri.................................................................................. 3
D.
Penyesuaian Diri Yang Baik........................................................................... 3
E.
Karakteristik Penyesuaian
Diri........................................................................ 5
F.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri.......................... 7
G.
Implikasi Penyesuaian Diri dengan Proses Pembelajaran............................... 9
H.
Permasalahan-permasalahan
Penyesuaian Diri Remaja................................... 9
I.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan
pendidikan................. 10
J.
Implikasi Proses Penyesuaian
Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan..... 13
BAB
III PENUTUP.............................................................................................. 15
A. Kesimpulan................................................................................................... 15
B. Saran............................................................................................................. 15
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Arti akhir
dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang
telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntunan masyarakat. Berdasarkan
pegalaman-pengalaman yang didapat dari sekolah maupun di luar sekolah ia
memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan
pengalaman-pengalaman itu secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang
pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi
tertentu di masa mendatang. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah
mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik,
mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan
di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang
salah. Jika ditinjau dari konsep dari penyesuaian diri itu sendiri, tentu
merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental
individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan
dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan
kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak
jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stress dan depresi disebabkan
oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang
penuh tekanan.
Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang
aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan
yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya.
Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari
kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan
penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungannya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari penyesuaian diri?
2. Bagaimana
penyesuaian diri yang baik dan benar?
3. Apa
saja faktor-faktor yang memengaruhi proses penyesuaian diri?
4. Apa
sajakah permasalahan dalam penyesuaian diri remaja?
5. Bagaimana
implikasi penyesuaian diri dengan proses pembelajaran?
6. Bagaimana
implikasi proses penyesuaian diri terhadap penyelenggaraan pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah prilaku
individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan
lingkungannya. Perbedaan individu ini menyebabkan konsep penyesuaian diri
menjadi relatif sifatnya, sehingga tidak dapat dibuat suatu pilihan cara dalam
menghadapi stress tertentu secara pasti. Menurut Schneider (1964), penyesuaian
diri dikatakan relative karena:
1. Penyesuaian diri dirumuskan dan
dievaluasi dalam pengertian kemauan seseorang untuk mengubah atau untuk mengatasi
tuntutan yang menganggunya.
2. Kualiatas dari penyesuaian diri
berubah-ubah terhadap pekembangannya. Yang berhubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan.
3. Adanya variasi tetentu pada
individu.
B.
Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri yang sehat lebih merunjuk pada konsep “sehat”nya kehidupan pribadi seseorang,
baik dalam hubungannya dengan diri sendiri, dengan orang lain, maupun dengan
lingkungannya. Sistem penyesuain diri ini merupakan kondisi untuk mengembangkan
diri secara optimal.
Mengacu pada beberapa konsep tentang sehatnya kepribadian individu yang diajukan oleh beberapa ahli, seperti kepribadian normal (Cole 1953), kepribadian produktif(Fromm dan Gilmore, 1947), dan psiko-higine (Sikun pribadi, 1971), maka secara garis besar penyesuaian diri yang sehat dapat dilihat dari empat aspek kepribadian yaitu:
Mengacu pada beberapa konsep tentang sehatnya kepribadian individu yang diajukan oleh beberapa ahli, seperti kepribadian normal (Cole 1953), kepribadian produktif(Fromm dan Gilmore, 1947), dan psiko-higine (Sikun pribadi, 1971), maka secara garis besar penyesuaian diri yang sehat dapat dilihat dari empat aspek kepribadian yaitu:
1. Kematangan emosional mencakup
aspek-aspek:
a) Kemantapan suasana kehidupan
emosional.
b) Kemantapan suasana kehidupan
kebersamaan dengan orang lain.
c) Kemampuan untuk santai, gembira dan
menyatakan kejengkelan
d) Sikap dan perasaan terhadap
kemampuan dan kenyataaan diri sendiri.
2. Kematangan intelektual mencakup
aspek-aspek:
a) Kemampuan mencapai wawasan diri
sendiri.
b) Kemampuan memahami orang lain dan
keragamanya.
c) Kemampuan mengambil keputusan.
d) Keterbukaan dalam mengenal
lingkungan.
3. Kematangan sosial mencakup
aspek-aspek:
a) Keterlibatan dalam partisipasi
social.
b) Kesediaan kerja sama
c) Kemampuan kepemimpinan.
d) Sikap toleransi .
e) Keakraban dalam pergaulan.
4. Tanggung jawab mencakup aspek-aspek:
a) Sikap produktif dalam mengembangkan
diri.
b) Melakukan perencanaan dan melaksanakannya
secara fleksibel.
c) Kesadaran akan etika dan hidup
jujur.
d) Sikap altruism, empati, bersahabat
dalam hubungan interpersonal.
e) Melihat prilaku dari segi kosekuensi
atas dasar system nilai.
f) Kemampuan bertindak independen.
C.
Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penyesuian diri secara sempurna tentu
saja tidak dapat kita raih karena banyak hal terutama dalam hal pencapaian
kebutuhan/keinginan yang selalu tidak terpenuhi. Maka dari itu penyesuaian diri
lebih bersifat sepanjang hayat karena manusia terus-menerus berupaya menemukan
pencapaian kebutuhan/keinginannya dimana dalam prosesnya manusia mengalami
tekanan dan tantangan hidup di sekelilingnya guna mencapai pribadi yang sehat.
Menurut Baum
(1985), tingkah laku penyesuaian diri diawali dengan stress, yaitu suatu
keadaan dimana lingkungan mengancam atau membahayakan keberadaan atau
kesejahteraan atau kenyamanan diri seseorang. Individu adalah makhluk yang unik
dan dinamik,tumbuh dan berkembang, serta memiliki keragaman kebutuhan, baik
dalam jenis, tataran(level),maupun identitasnya.
Proses pemenuhan kebutuhan ini pada hakikatnya merupakan proses penyesuaian diri. Dalam hal ini Mustafa Fahmi(1997) menulis: “pengertian luas tentang proses penyesuaian terbentuk sesuai dengan hubungan individu dengan lingkungan sosialnya, yang dituntut dari individu tidak hanya mengubah kelakuannya dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan dirinya dari dalam dan keadaan di luar, dalam lingkungan di mana dia hidup, akan tetapi juga dituntut untuk menyesuaikan diri dengan orang lain”.
Proses pemenuhan kebutuhan ini pada hakikatnya merupakan proses penyesuaian diri. Dalam hal ini Mustafa Fahmi(1997) menulis: “pengertian luas tentang proses penyesuaian terbentuk sesuai dengan hubungan individu dengan lingkungan sosialnya, yang dituntut dari individu tidak hanya mengubah kelakuannya dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan dirinya dari dalam dan keadaan di luar, dalam lingkungan di mana dia hidup, akan tetapi juga dituntut untuk menyesuaikan diri dengan orang lain”.
D.
Penyesuaian Diri Yang Baik
1.
Lingkungan Keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya banyak orang tua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak–anak. Hal ini sering kali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang–ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak–kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dikemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stress.
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya banyak orang tua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak–anak. Hal ini sering kali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang–ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak–kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dikemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stress.
2.
Lingkungan Teman Sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya dari angan–angan, pemikiran, dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita–citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya.
Dengan demikian pengertian yang diterima dari temannya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri. Ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola–pola dan ciri–ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya dan berusaha menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian dia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya dari angan–angan, pemikiran, dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita–citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya.
Dengan demikian pengertian yang diterima dari temannya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri. Ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola–pola dan ciri–ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya dan berusaha menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian dia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
3.
Lingkungan Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan. Ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai–nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu.
Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan. Ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai–nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu.
Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
E.
Karakteristik Penyesuaian Diri
Terkadang
dalam melakukan penyesuaian diri, individu dihadapkan oleh rintangan-rintangan
tertentu yang menyebabkan kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri. Dalam
menghadapi rintangan itu, ada individu yang melakukan penyesuaian diri secara
positif dan ada pula yang salah.
Ø Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri
Menurut
Sunarto dan Hartono (1995) terdapat bentuk-bentuk dari penyesuaian diri, yaitu:
1. Penyesuaian diri positif ditandai
dengan hal-hal sebagai berikut:
a) Tidak adanya ketegangan emosional.
b) Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme
psikologis.
c) Tidak menunjukkan adanya frustasi
pribadi.
d) Memiliki pertimbangan rasional dan
pengarahan diri.
e) Mampu dalam belajar.
f) Menghargai pengalaman.
g) Bersikap realistik dan objektif.
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif,
individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:
b) Penyesuaian dengan menghadapi
masalah secara langsung. Individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya.
Misalnya seorang siswa yang terlambat dalam menyerahkan tugas karena sakit,
maka ia menghadapinya secara langsung, ia mengemukakan segala masalahnya kepada
guru.
c) Penyesuaian dengan melakukan
eksplorasi (penjelajahan). Individu mencari bahan pengalaman
untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya. Misal seorang siswa yang
merasa kurang mampu dalam mengerjakan tugas, ia akan mencari bahan dalam upaya
menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku, konsultasi, diskusi, dan
sebagainya.
d) Penyesuaian dengan trial and error
atau coba-coba. Individu melakukan suatu tindakan coba-coba, jika
menguntungkan diteruskan dan jika gagal tidak diteruskan.
e) Penyesuaian dengan substitusi atau mencari
pengganti. Jika
individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh
penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya gagal nonton film di
gedung bioskop, dia pindah nonton TV.
f) Penyesuaian dengan menggali
kemampuan pribadi. Individu
mencoba menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam dirinya, dan kemudian
dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri. Misal seorang siswa yang
mempunyai kesulitan dalam keuangan, berusaha mengembangkan kemampuannya dalam
menulis (mengarang), dari usaha mengarang ia dapat membantu mengatasi kesulitan
dalam keuangan.
g) Penyesuaian dengan belajar. Individu melalui belajar akan
banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu menyesuaikan
diri. Misal seorang guru akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
belajar tentang berbagai pengetahuan keguruan.
h) Penyesuaian dengan inhibisi
dan pengendalian diri. Individu berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan, dan
tindakan mana yang tidak perlu dilakukan. Cara inilah yang disebut inhibisi.
Selain itu, individu harus mampu mengendalikan dirinya dalam melakukan
tindakannya.
i) Penyesuaian dengan perencanaan
yang cermat. Individu
mengambil keputusan dengan pertimbangan yang cermat dari berbagai segi, antara
lain segi untung dan ruginya.
2. Penyesuaian diri yang salah
Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya.
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu:
Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya.
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu:
a) Reaksi bertahan (defence reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan diri, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
Individu berusaha untuk mempertahankan diri, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
§ Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan
mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya.
§ Represi, yaitu berusaha melupakan
pengalamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha
melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis.
§ Proyeksi, yaitu melempar sebab
kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima.
Misalnya seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci
dirinya.
§ Sour grapes (anggur kecut), yaitu
dengan memutarbalikkan kenyataan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik,
mengatakan bahwa mesin tik-nya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik.
b) Reaksi menyerang (aggressive
reaction)
Reaksi-reaksi menyerang nampak dalam tingkah laku : selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, mau memiliki segalanya, bersikap senang mengganggu orang lain, menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan, menunjukkkan sikap permusuhan secara terbuka, menunjukkan sikap menyerang dan merusak, keras kepala dalam perbuatannya, bersikap balas dendam, memperkosa hak orang lain, tindakan yang serampangan, marah secara sadis.
Reaksi-reaksi menyerang nampak dalam tingkah laku : selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, mau memiliki segalanya, bersikap senang mengganggu orang lain, menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan, menunjukkkan sikap permusuhan secara terbuka, menunjukkan sikap menyerang dan merusak, keras kepala dalam perbuatannya, bersikap balas dendam, memperkosa hak orang lain, tindakan yang serampangan, marah secara sadis.
c) Reaksi melarikan diri (escape
reaction)
Reaksi melarikan diri, nampak dalam tingkah laku seperti berfantasi, yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang tipis pada tingkat perkembangan yang lebih awal, misalnya orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil, dan lain-lain.
Reaksi melarikan diri, nampak dalam tingkah laku seperti berfantasi, yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang tipis pada tingkat perkembangan yang lebih awal, misalnya orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil, dan lain-lain.
F.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
1. Kemampuan untuk mempertahankan
hubungan yang baik dengan orang lain
Dalam menjalin hubungan yang suportif terdapat hubungan erat yang sangat hangat, saling memberikan perhatian dan dukungan, serta perasaan-perasaan yang dapat di ekspresikan.
Dalam menjalin hubungan yang suportif terdapat hubungan erat yang sangat hangat, saling memberikan perhatian dan dukungan, serta perasaan-perasaan yang dapat di ekspresikan.
2. Kondisi fisik yang sehat
Secara umum kesehatan, tingkat energi dan kekuatan sangat berperan dalam mengatasi stress emosional dalam kehidupan, sehingga membantu dalam melakukan penyesuaian diri. Daya kesembuhan sangat berperan bagi individu dalam mengahadap persoalan dalam hidupnya hal ini juga termasuk tempramen seseorang.
Secara umum kesehatan, tingkat energi dan kekuatan sangat berperan dalam mengatasi stress emosional dalam kehidupan, sehingga membantu dalam melakukan penyesuaian diri. Daya kesembuhan sangat berperan bagi individu dalam mengahadap persoalan dalam hidupnya hal ini juga termasuk tempramen seseorang.
3. Intelegensi
Kesuksesan psikoterapi berhubungan dengan persepsi superior, memori, analisi, pemikiran, kepintaran dan kemampuan verbal individu.
Kesuksesan psikoterapi berhubungan dengan persepsi superior, memori, analisi, pemikiran, kepintaran dan kemampuan verbal individu.
4. Hobi dan Minat-minat tertentu
Suatu aktivitas kegemaran atau hobi yang benar-benar dinikimati pada saat melakukannya dapat berfungsi sebagai penahan dan penyegaran yang dapat meminimalkan dan membantu individu tersebut dalam mentolerir ketegangan dan kecemasan yang dirasakannya, serta dapat membantu dalam mempertahankan penyesuaian diri yang baik.
Suatu aktivitas kegemaran atau hobi yang benar-benar dinikimati pada saat melakukannya dapat berfungsi sebagai penahan dan penyegaran yang dapat meminimalkan dan membantu individu tersebut dalam mentolerir ketegangan dan kecemasan yang dirasakannya, serta dapat membantu dalam mempertahankan penyesuaian diri yang baik.
5. Keyakinan religius
Dengan tingkat religius yang tinggi akan menguatkan individu dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupannya sehingga ia dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik.
Dengan tingkat religius yang tinggi akan menguatkan individu dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupannya sehingga ia dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik.
6. Impian
Cita-cita, tujuan hidup, ideologi, atau persepsi dan sikap mengenai dirinya sendiri dapat memotivasi individu untuk berusaha tersu-menerus dalam melakukan penyesuaian diri.
Cita-cita, tujuan hidup, ideologi, atau persepsi dan sikap mengenai dirinya sendiri dapat memotivasi individu untuk berusaha tersu-menerus dalam melakukan penyesuaian diri.
Penentu
penyesuaian identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan
terbentuknya pribadi secara bertahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Kondisi Jasmaniah
Struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku, maka dari itu dapat diperkirakan bahwa sistem saraf,
kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam sistem saraf, kelenjar
dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan
kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem-sistem tubuh yang baik merupakan
syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik begitu pula
sebaliknya.
2. Perkembangan, Kematangan, dan
Penyesuaian Diri
Dalam proses perkembangan, respon
anak berkembang dari respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang
diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan pertambahnya usia, kematangan
untuk melakukan respon yang menjadi lebih baik dalam proses penyesuaian diri.
Dengan kata lain, pola penyesuaian
diri akan bervariasi tiap individu sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kematangan yang dicapainya.
3. Penentu Psikologis terhadap
Penyesuaian Diri
Faktor yang mempengaruhinya adalah:
a) Pengalaman
Tentu dalam hidup, individu akan
dihadapkan pada pengalaman menyenangkan yang akan membawanya pada penyesuaian
diri yang baik dan dilain pihak ada individu yang mendapatkan pengalaman buruk
yang akan membawanya pada penyesuaian diri yang traumatik.
b) Belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar
yang fundamental dalam proses penyesuaian diri karena melalui belajar ini akan
berkembang pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian.
c) Determinasi Diri
Determinasi diri merupakan
faktor-faktor kekuatan yang mendorong seseorang untuk mencapai sesuatu yang
baik atau buruk dalam mencapai taraf penyesuaian yang tinggi atau bahkan
merusak dirinya. Determinasi mempunyai peranan penting karena keberhasilan dan
kegagalan penyesuaian diri akan banyak ditentukan oleh kemampuan individu dalam
mengarahkan dan mengendalikan dirinya.
d) Konflik dan penyesuaian
Sebenarnya tidak semua konflik itu
bersifat mengganggu atau merugikan, konflik juga memiliki manfaat memotivasi
seseorang untuk meningkatkan kegiatan. Dengan adanya konflik, membuat individu
lebih bijaksana dan ahli dalam memecahkan suatu masalah atau mungkin sebaliknya
membuat individu itu melarikan diri pada penyesuian diri yang salah.
e) Lingkungan sebagai Penentu
Penyesuaian Diri
§ Pengaruh rumah dan keluarga merupakan
faktor terpenting karena keluarga merupakan interaksi sosial yang pertama
diperoleh individu yang akan dikembangkan oleh masyarakat.
§ Hubungan orang tua dan anak : pola
hubungan ini dapat dipengaruhi penyesuian diri yaitu dengan orang tua menerima anaknya
dengan baik, memberi kelonggaran dalam bertindak pada anak tanpa adanya
disiplin yang berlebihan namun masih tetap dalam pemantauan, tidak memanjakan
anak secara berlebihan, dan menerima kehadiran anak sebagai suatu berkah.
§ Kondisi studi menunjukkan bahwa
banyak gejala tingkah laku salah satu bersumber dari keadaan lingkungan
masyarakat. Pergaulan yang salah di kalangan remaja dapat mempengaruhi
pola-pola penyesuaian dirinya.
§ Sekolah mempunyai peranan sebagai
media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral para siswa.
Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak di sekolah akan merupakan
bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.
4. Kultural dan Agama sebagai Penentu
Penyesuaian Diri
Proses penyesuaian diri anak mulai
dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi
oleh faktor-faktor kultur agama. Agama memberikan suasana psikologis tertentu
dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya serta memberikan
tuntunan bagi arti, tujuan dan kestabilan hidup umat manusia.
G.
Implikasi Penyesuaian Diri dengan
Proses Pembelajaran
Ditinjau
dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran, yang penting adalah
bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan intelektualnya) harus dipupuk
dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan kondisi-kondisi lingkungan yang
memungkinkan berkembangnya kemampuan intelektual tersebut.
Conny
Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kondisi yaitu keamanan psikologis
dan kebebasan psikologis. Peserta didik akan merasa aman secara psikologis
apabila:
1. Pendidik dapat menerima peserta
didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannnya
serta memberi kepercayaan padanya bahwa ia baik dan mampu.
2. Pendidik mengusahakan suasana dimana
peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang lain.
3. Pendidik memberi pengertian dalam
arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat
menempatkan diri dalam situasi anak, dan melihat dari sudut pandang anak.
Dalam hal
ini pendidik hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual
anak berada ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
1. Menciptakan interksi atau hubungan yang
akrab dengan peserta didik.
2. Memberi kesempatan kepada para
peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat menunjang perkembangan
intelaktual anak.
3. Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan
fisik peserta didik baik mlalui kegiatan olah raga maupun menyediakan gizi yang
cukup, sangat penting bagi perkembangan berfikir peserta didik.
4. Meningkatkan kemampuan berbahasa
peserta didik baik melalui mass-media cetak maupun menyediakan situasi yang
memungkinkan peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya, sengat
besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.
H.
Permasalahan-permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Permasalaha-permasalahan
penyesuaian diri pada remaja kebanyakan dipicu oleh sikap orang tua. Misalnya
saja ada sikap orang yang sering melakukan tindakan penolakan terhadap anaknya,
apa yang dilakukan anaknya merupakan hal yang salah, mungkin saja orang tua
semacam ini tidak menginginkan kehadiran anak tersebut (Zakiah Darajat : 1983).
Ada pula
orang tua yang terlalu mengisolir anaknya untuk bergaul dengan orang lain,
hubungan orang tua yang retak, mengikuti tempat tinggal orang tua yang
berpindah-pindah, penerapan disiplin yang berlebihan, kurangnya perhatian yang
lebih, pergaulan bebas, frustasi dalam menghadapi konflik yang berat dan masih
banyak lagi permasalah-permasalahan lainnya sehingga membuat anak itu terkadang
mengambil proses penyesuaian diri ke arah yang positif maupun ke arah yang
negatif (salah).
I.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyelenggaraan pendidikan
1. Faktor fisik
Dalam penyelenggaraan pendidikan,
perlu diperhatikn sarana dan prasarana
yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya:
tempat didik yang kurang seuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olah raga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstrakurikuler kelompok olah raga, beladiri, dan sejenisnya.
yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya:
tempat didik yang kurang seuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olah raga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstrakurikuler kelompok olah raga, beladiri, dan sejenisnya.
2. Faktor emosional
Perkembangan emosi peserta didik sengat
erat kaitannya dengan faktor-faktor: perubahan jasmani, perubahan dalam
hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dalam teman-teman,
perubahan pandangan luar (dunia luar) dan perubahan dalam hubungannya dengan
sekolah. Oleh karena itu perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat
dimungkinkan terjadi, bahkan diramalkan pasti dapat terjadi. Dalam rangka
menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya ditangani dengan sikap yang tenang
dan santai. Orang tua dan pendidik harus bersikap tenang, bersuasana hati baik
dan penuh pengertian. Orang tua dan pendidik sedapat mungkin tidak
memperlihatkan kegelisahannya maupun ikut terbawa emosinya dalam menghadapi
emosi remaja. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi luapan
emosi peserta didik perlu dihindari larangan yang tidak terlalu penting. Mengurangi
pembatasan dan tututan terhadap remaja harus disesuaikan dengan kemampuan
mereka. Sebaiknya memberi tugas yang dapat diselesaikan dan jangan memberi
tugas dan peraturan yang tidak mungkin di lakukan.
3. Faktor Sosial-Kultural
Usia remaja adalah usia yang sedang
tumbuh dan berkembang baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap
dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum
dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka melepaskan diri dari orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas
untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh sepeerti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap
dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum
dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka melepaskan diri dari orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas
untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh sepeerti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
a) Sekolah harus merupakan dasar untuk
perkembangan kepribadian peserta didik.
b) Saling menghargai merupakan kunci
yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah yang timbul dalam
hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun
c) Pola pengajaran yang demokratis merupakan
alternatif yang sangat bermanfaat bagi guru.
4. Faktor Bakat Khusus
Berbeda dengan kemampuan yang
menunjuk pada suatu “performance” yang
dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan
pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan
pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.
Langkah-langkah untuk menunjang
perkembangan bakat umum maupun bakat
khusus supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia sekolah menengah antara lain:
khusus supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia sekolah menengah antara lain:
a) Dikembangkan suatu situasi dan
kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan
bakat-bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikologis maupun
fisiologis.
b) Dilakukan usaha menumbuh kembangkan
minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kegigihan dalam melakukanusaha
dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara terpadu.
c) Dikembangkannya program pendidikan
berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan formal (sekolah) guna memberikan
pelayanan secara lebih efektif kepada peserta didik yang memiliki bakat khusus
menojol.
5. Faktor Komunikasi
Tiga tingkatan kemampuan peserta
didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi
aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan peserta didik.
a) Memberi penjelasan
Dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik (yang berkaitan dengan iptek), hendaknya:
Dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik (yang berkaitan dengan iptek), hendaknya:
1) Menentukan hal-hal pokoknya dan
hubungannya satu sama lainnya.
2) Memberi penjelasan yang meyakinkan
artinya menerangkan hal-hal yang benar dan menghindari penjelasan yang salah
baik disengaja maupun tidak.
3) Memberi penjelasan secara gamblang
dan sederhana sehingga sehingga semua peserta didik dapat menangkapnya dengan
baik.
4) Menghindari berbicara dengan bahasa
yang muluk, dan mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh
peserta didik.
5) Menghindari penggunaan kata-kata
yang tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
6) Memeriksa kembali penjelasan apakah
semua peserta didik telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
b) Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh
pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan “tingkat tinggi”
dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan
yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan pertanyaan tingkat rendah adalah
pertanyaan yang menyangkut fakta, pengetahuan sederhana, dan penerapan
pengertian.
Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan
ini adalah:
Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan
ini adalah:
1) Mengulangi pertanyaan yang diajukan
oleh peserta didik dengan maksud agar peserta didik yang lain mengetahui secara
jelas masalah yang ditanyakan.
2) Menempatkan pertanyaan peserta didik
dalam konteks keseluruhan bahan pelajaran.
3) Merangsang peserta didik agar mau
mengajukan pertanyaan.
4) Merespon pertanyaan dengan baik.
c) Memberikan Umpan Balik
Dengan umpan balik akan diketahui apakah
komunikasi dua arah sudah tercapai dengan baik atau belum. Umpan balik ini
berlaku baik dari pengajar
kepada peserta didik atau sebaliknya.
kepada peserta didik atau sebaliknya.
6. Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan
Peserta Didik
Sebagai individu yang sedang tumbuh
dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tersebut
sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara dua faktor yang sama-sama
penting kedudukannya yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan. Keberadaan
dua faktor tersebut tidak bisa dipisakan satu sama lainnya karena kenyataannya
kedua faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri dalam operasionalnya.
Atas dasar sedikit informasi
tersebut di atas, maka dapatlah ditarik beberapa
butir implikasi pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap
penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:
butir implikasi pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap
penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:
a) Pertumbuhan dan perkembangan manusia
sejak lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang meliputi semua manusia
yang berada dalam lingkungan hidup itu.
b) Interaksi manusia dengan lingkungannya
sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan maupun penyesuaian diri pada
lingkungan.
c) Dalam interaksi sosial, manusia
sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial yang dalam hal ini ialah
keluarga.
d) Atas dasar keterikatan dan kewajiban
sosial para pendidik terutama orang tua, maka anak senantiasa berusaha
menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta lingkungan psikis yang
sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya.
e) Setelah umur kronologis mencapai
lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai tingkat kematangan
intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmani yang lain.
f) Kematangan sosial merupakan landasan
bagi kematangan intelektual, karena perkembangan kecerdasan berlangsung dalam
lingkungan sosial tersebut.
g) Kematangan emosional melandasi
kematangan sosial dan kematangan intelektual, karena sebagian besar tingkah
laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisi perasaannya.
h) Kematangan jasmani merupakan dasar
yang melandasi semua kematangan sebagimana dimaksudkan di atas.
i) Pendidik yang berkecimpung dalam
pengasuhan anak dalam perkembangan di masa kanak-kanak hendaklah memperhatikan
keterkaitan antara berbagai segi kematangan jasmani dan rohani anak dalam
menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
j) Hasil-hasil belajar yang mendasari
hidup bermasyarakat banyak dicapai oleh anak dalam keluarga terutama semasa
masih kanak-kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan
terhadap orang lain.
k) Iklim emosional yang menjiwai
keluarga itu meliputi: hubungan emosional antara keluarga, kadar kebebasan
menyatakan diri dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
l) Seorang anak dimana anak sekolah
adalah seorang realis yang hendak mengenal kenyataan di sekitarnya menurut
keadaan senyatanya atau objektif apa adanya.
m) Pada umumnya anak masa sekolah dan
masa remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang semakin kuat dan sehat.
Sedangkan dalam segi ruhani ia mengalami perkembangan pengetahuan dan kemampuan
berpikir yang pesat pula karena ditunjang oleh hasrat belajar yang sehat serta
ingatan yang kuat.
n) Pemahaman guru terhadap minat dan
perhatian peserta didik akan sangat bermanfaat dalam perencanaan program-program
pendidikan maupun pengajaran.
o) Karakteristik umum
pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah ditandai dengan: Kegelisahan,
pertentangan, keinginan mencoba segala sesuatu, menghayal dan aktivitas
berkelompok.
J.
Implikasi Proses Penyesuaian Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam
kaitannya dengan pendidikan, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari
peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik
mengalami permasalahan.
Upaya-upaya
yang dapat dilakukan guru untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja
khususnya disekolah adalah:
1. Menciptakan situasi sekolah yang
dapat menimbulkan rasa “betah”.
2. Menciptakan suasana belajar mengajar
yang menyenangkan.
3. Memahami usaha anak didik secara
menyeluruh.
4. Menggunakan metode dan alat mengajar
yang menimbulkan gairah belajar
5. Menggunakan prosedur evaluasi yang
dapat memperbesar motivasi belajar
6. Menciptakan ruangan kelas yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan
7. Peraturan/tata tertib yang jelas dan
dipahami murid-murid
8. Teladan dari para guru dari segi
pendidikan
Diharapkan
pula setiap guru memiliki atau dituntut memiliki figur pendidik diantaranya:
1.
Memberi
kesempatan, antusias dan berminat dalam kegiatan siswa.
2. Ramah dan optimis
3. Mampu mengontrol diri, tidak mudah
kacau dan teratur tindakannya
4. Senang kelakar, mempunyai rasa humor
5. Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahan
sendiri
6. Jujur dan objektif dalam
memperlakukan siswa.
7. Menunjukkan pengertian dan rasa
simpati dalam bekerja dengan siswa-siswanya.
8. Kerja sama dan saling pengertian
para guru.
9. Melaksanakan program BP yang baik.
10. Memiliki kepemimpinan yang penuh
pengertian dan tanggung jawab.
11. Hubungan yang baik antara sekolah
dan OT.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyesuaian
diri remaja dipengaruhi oleh keadaan dimana lingkungan yang mengancam atau membahayakan keberadaan atau
kesejahteraan atau kenyamanan diri seseorang. Penyesuaian diri yang baik
dilihat dari bagaimana keadaan keluarga, pergaulan dan bagaimana pembelajaran
di sekolah. Pendidik
berperan penting dalam implikasi proses penyesuaian remaja terhadap
penyelenggaraan pendidikan.
B.
Saran
1. Orang tua
sebagai pengawas penyesuaian diri remaja dalam lingkungan keluarga tidak hanya
itu tetapi juga sebagai pembimbing ke arah pergaulan yang benar.
2. Guru sama
pentingnya dengan peran orang tua, akan tetapi guru berperan penting dalam
penyesuaian diri remaja di lingkungan sekolah.
3. Sebagai remaja
juga harus bisa menyesuaikan diri dengan cara yang benar dan tidak terjerumus
ke dalam pergaulan bebas dengan cara menghadapi
masalah secara langsung, penjelajahan, coba-coba, mencari pengganti, menggali
kemampuan pribadi, belajar, inhibisi dan pengendalian dir, dan perencanaan yang
cermat.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar