Selasa, 10 Mei 2016

IMPLIKASI PROSES PENYESUAIAN REMAJA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN



PRESENTASI KELOMPOK 9
IMPLIKASI PROSES PENYESUAIAN REMAJA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN








Disusun oleh           :
DESI ANGGRAINI               NPM              (1384202010)
DEWI RATNAOKTASARI  NPM              (1384202026)
DIAN INDAH SARI             NPM              (1284202080)

Prodi                          : Pendidikan Matematika 4B
Dosen Pengampu      : Dra. Eny Munisah, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH KOTABUMI-LAMPUNG
T.P. 2013/2014
KOTABUMI, 11 JUNI 2014


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kelapangan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Pada awalnya banyak sekali kesulitan dan hambatan yang didapat dalam penulisan makalah ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya mampu terselesaikan.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang membutuhkannya.
Penulis sadar bahwa di dalam tulisan ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada semua pihak yang telah membacanya. Atas kritik dan saran para pembaca penulis ucapkan terima kasih.



Kotabumi, 11 Juni 2014

Penulis









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A.    Latar Belakang................................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A.    Pengertian Penyesuaian Diri........................................................................... 2
B.     Aspek-Aspek Penyesuaian Diri....................................................................... 2
C.     Proses Penyesuaian Diri.................................................................................. 3
D.    Penyesuaian Diri Yang Baik........................................................................... 3
E.     Karakteristik Penyesuaian Diri........................................................................ 5
F.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri.......................... 7
G.    Implikasi Penyesuaian Diri dengan Proses Pembelajaran............................... 9
H.    Permasalahan-permasalahan Penyesuaian Diri Remaja................................... 9
I.       Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan................. 10
J.       Implikasi Proses Penyesuaian Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan..... 13
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 15
A.    Kesimpulan................................................................................................... 15
B.     Saran............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16



BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Arti akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntunan masyarakat. Berdasarkan pegalaman-pengalaman yang didapat dari sekolah maupun di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Jika ditinjau dari konsep dari penyesuaian diri itu sendiri, tentu merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stress dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.
Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan  jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
                                                  
B.           Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian dari penyesuaian diri?
2.    Bagaimana penyesuaian diri yang baik dan benar?
3.    Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi proses penyesuaian diri?
4.    Apa sajakah permasalahan dalam penyesuaian diri remaja?
5.    Bagaimana implikasi penyesuaian diri dengan proses pembelajaran?
6.    Bagaimana implikasi proses penyesuaian diri terhadap penyelenggaraan pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah prilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Perbedaan individu ini menyebabkan konsep penyesuaian diri menjadi relatif sifatnya, sehingga tidak dapat dibuat suatu pilihan cara dalam menghadapi stress tertentu secara pasti. Menurut Schneider (1964), penyesuaian diri dikatakan relative karena:
1.    Penyesuaian diri dirumuskan dan dievaluasi dalam pengertian kemauan seseorang untuk mengubah atau untuk mengatasi tuntutan yang menganggunya.
2.    Kualiatas dari penyesuaian diri berubah-ubah terhadap pekembangannya. Yang berhubungan dengan masyarakat dan kebudayaan.
3.    Adanya variasi tetentu pada individu.

B.            Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri yang sehat lebih merunjuk pada konsep “sehat”nya kehidupan pribadi seseorang, baik dalam hubungannya dengan diri sendiri, dengan orang lain, maupun dengan lingkungannya. Sistem penyesuain diri ini merupakan kondisi untuk mengembangkan diri secara optimal.
Mengacu pada beberapa konsep tentang sehatnya kepribadian individu yang diajukan oleh beberapa ahli, seperti kepribadian normal (Cole 1953), kepribadian produktif(Fromm dan Gilmore, 1947), dan psiko-higine (Sikun pribadi, 1971), maka secara garis besar penyesuaian diri yang sehat dapat dilihat dari empat aspek kepribadian yaitu:
1.    Kematangan emosional mencakup aspek-aspek:
a)    Kemantapan suasana kehidupan emosional.
b)   Kemantapan suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain.
c)    Kemampuan untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan
d)   Sikap dan perasaan terhadap kemampuan dan kenyataaan diri sendiri.
2.    Kematangan intelektual mencakup aspek-aspek:
a)    Kemampuan mencapai wawasan diri sendiri.
b)   Kemampuan memahami orang lain dan keragamanya.
c)    Kemampuan mengambil keputusan.
d)   Keterbukaan dalam mengenal lingkungan.
3.    Kematangan sosial mencakup aspek-aspek:
a)    Keterlibatan dalam partisipasi social.
b)   Kesediaan kerja sama
c)    Kemampuan kepemimpinan.
d)   Sikap toleransi .
e)    Keakraban dalam pergaulan.
4.    Tanggung jawab mencakup aspek-aspek:
a)    Sikap produktif dalam mengembangkan diri.
b)   Melakukan perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel.
c)    Kesadaran akan etika dan hidup jujur.
d)   Sikap altruism, empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal.
e)    Melihat prilaku dari segi kosekuensi atas dasar system nilai.
f)    Kemampuan bertindak independen.

C.           Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penyesuian diri secara sempurna tentu saja tidak dapat kita raih karena banyak hal terutama dalam hal pencapaian kebutuhan/keinginan yang selalu tidak terpenuhi. Maka dari itu penyesuaian diri lebih bersifat sepanjang hayat karena manusia terus-menerus berupaya menemukan pencapaian kebutuhan/keinginannya dimana dalam prosesnya manusia mengalami tekanan dan tantangan hidup di sekelilingnya guna mencapai pribadi yang sehat.
Menurut Baum (1985), tingkah laku penyesuaian diri diawali dengan stress, yaitu suatu keadaan dimana lingkungan mengancam atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraan atau kenyamanan diri seseorang. Individu adalah makhluk yang unik dan dinamik,tumbuh dan berkembang, serta memiliki keragaman kebutuhan, baik dalam jenis, tataran(level),maupun identitasnya.
Proses pemenuhan kebutuhan ini pada hakikatnya merupakan proses penyesuaian diri. Dalam hal ini Mustafa Fahmi(1997) menulis: “pengertian luas tentang proses penyesuaian terbentuk sesuai dengan hubungan individu dengan lingkungan sosialnya, yang dituntut dari individu tidak hanya mengubah kelakuannya dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan dirinya dari dalam dan keadaan di luar, dalam lingkungan di mana dia hidup, akan tetapi juga dituntut untuk menyesuaikan diri dengan orang lain”.
D.           Penyesuaian Diri Yang Baik
1.    Lingkungan Keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya banyak orang tua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak–anak. Hal ini sering kali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang–ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak–kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri dikemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stress.

2.    Lingkungan Teman Sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa–masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman– temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya dari angan–angan, pemikiran, dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita–citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya.
Dengan demikian pengertian yang diterima dari temannya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri. Ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola–pola dan ciri–ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya dan berusaha menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian dia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

3.    Lingkungan Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan. Ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai–nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu.
Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.




E.            Karakteristik Penyesuaian Diri
Terkadang dalam melakukan penyesuaian diri, individu dihadapkan oleh rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri. Dalam menghadapi rintangan itu, ada individu yang melakukan penyesuaian diri secara positif dan ada pula yang salah.
Ø  Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri
Menurut Sunarto dan Hartono (1995) terdapat bentuk-bentuk dari penyesuaian diri, yaitu:
1.    Penyesuaian diri positif ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
a)    Tidak adanya ketegangan emosional.
b)   Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
c)    Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
d)   Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
e)    Mampu dalam belajar.
f)    Menghargai pengalaman.
g)   Bersikap realistik dan objektif.
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:
b)   Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung. Individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya. Misalnya seorang siswa yang terlambat dalam menyerahkan tugas karena sakit, maka ia menghadapinya secara langsung, ia mengemukakan segala masalahnya kepada guru.
c)    Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan). Individu mencari bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya. Misal seorang siswa yang merasa kurang mampu dalam mengerjakan tugas, ia akan mencari bahan dalam upaya menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku, konsultasi, diskusi, dan sebagainya.
d)   Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba. Individu melakukan suatu tindakan coba-coba, jika menguntungkan diteruskan dan jika gagal tidak diteruskan.
e)    Penyesuaian dengan substitusi atau mencari pengganti. Jika individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya gagal nonton film di gedung bioskop, dia pindah nonton TV.
f)    Penyesuaian dengan menggali kemampuan pribadi. Individu mencoba menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam dirinya, dan kemudian dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri. Misal seorang siswa yang mempunyai kesulitan dalam keuangan, berusaha mengembangkan kemampuannya dalam menulis (mengarang), dari usaha mengarang ia dapat membantu mengatasi kesulitan dalam keuangan.
g)   Penyesuaian dengan belajar. Individu melalui belajar akan banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu menyesuaikan diri. Misal seorang guru akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak belajar tentang berbagai pengetahuan keguruan.
h)   Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri. Individu berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan, dan tindakan mana yang tidak perlu dilakukan. Cara inilah yang disebut inhibisi. Selain itu, individu harus mampu mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakannya.
i)     Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat. Individu mengambil keputusan dengan pertimbangan yang cermat dari berbagai segi, antara lain segi untung dan ruginya.

2.    Penyesuaian diri yang salah
Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya.
Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu:
a)    Reaksi bertahan (defence reaction)
Individu berusaha untuk mempertahankan diri, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
§  Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya.
§  Represi, yaitu berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis.
§  Proyeksi, yaitu melempar sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima. Misalnya seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya.
§  Sour grapes (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik, mengatakan bahwa mesin tik-nya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik.
b)   Reaksi menyerang (aggressive reaction)
Reaksi-reaksi menyerang nampak dalam tingkah laku : selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, mau memiliki segalanya, bersikap senang mengganggu orang lain, menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan, menunjukkkan sikap permusuhan secara terbuka, menunjukkan sikap menyerang dan merusak, keras kepala dalam perbuatannya, bersikap balas dendam, memperkosa hak orang lain, tindakan yang serampangan, marah secara sadis.
c)    Reaksi melarikan diri (escape reaction)
Reaksi melarikan diri, nampak dalam tingkah laku seperti berfantasi, yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang tipis pada tingkat perkembangan yang lebih awal, misalnya orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil, dan lain-lain.


F.            Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri

1.    Kemampuan untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan orang lain
Dalam menjalin hubungan yang suportif terdapat hubungan erat yang sangat hangat, saling memberikan perhatian dan dukungan, serta perasaan-perasaan yang dapat di ekspresikan.
2.    Kondisi fisik yang sehat
Secara umum kesehatan, tingkat energi dan kekuatan sangat berperan dalam mengatasi stress emosional dalam kehidupan, sehingga membantu dalam melakukan penyesuaian diri. Daya kesembuhan sangat berperan bagi individu dalam mengahadap persoalan dalam hidupnya hal ini juga termasuk tempramen seseorang.
3.    Intelegensi
Kesuksesan psikoterapi berhubungan dengan persepsi superior, memori, analisi, pemikiran, kepintaran dan kemampuan verbal individu.
4.    Hobi dan Minat-minat tertentu
Suatu aktivitas kegemaran atau hobi yang benar-benar dinikimati pada saat melakukannya dapat berfungsi sebagai penahan dan penyegaran yang dapat meminimalkan dan membantu individu tersebut dalam mentolerir ketegangan dan kecemasan yang dirasakannya, serta dapat membantu dalam mempertahankan penyesuaian diri yang baik.
5.    Keyakinan religius
Dengan tingkat religius yang tinggi akan menguatkan individu dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupannya sehingga ia dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik.
6.    Impian
Cita-cita, tujuan hidup, ideologi, atau persepsi dan sikap mengenai dirinya sendiri dapat memotivasi individu untuk berusaha tersu-menerus dalam melakukan penyesuaian diri.
Penentu penyesuaian identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bertahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.    Kondisi Jasmaniah
Struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku, maka dari itu dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam sistem saraf, kelenjar dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik begitu pula sebaliknya.

2.    Perkembangan, Kematangan, dan Penyesuaian Diri
Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan pertambahnya usia, kematangan untuk melakukan respon yang menjadi lebih baik dalam proses penyesuaian diri.
Dengan kata lain, pola penyesuaian diri akan bervariasi tiap individu sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya.

3.    Penentu Psikologis terhadap Penyesuaian Diri
Faktor yang mempengaruhinya adalah:
a)    Pengalaman
Tentu dalam hidup, individu akan dihadapkan pada pengalaman menyenangkan yang akan membawanya pada penyesuaian diri yang baik dan dilain pihak ada individu yang mendapatkan pengalaman buruk yang akan membawanya pada penyesuaian diri yang traumatik.
b)   Belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri karena melalui belajar ini akan berkembang pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian.
c)    Determinasi Diri
Determinasi diri merupakan faktor-faktor kekuatan yang mendorong seseorang untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk dalam mencapai taraf penyesuaian yang tinggi atau bahkan merusak dirinya. Determinasi mempunyai peranan penting karena keberhasilan dan kegagalan penyesuaian diri akan banyak ditentukan oleh kemampuan individu dalam mengarahkan dan mengendalikan dirinya.
d)   Konflik dan penyesuaian
Sebenarnya tidak semua konflik itu bersifat mengganggu atau merugikan, konflik juga memiliki manfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan. Dengan adanya konflik, membuat individu lebih bijaksana dan ahli dalam memecahkan suatu masalah atau mungkin sebaliknya membuat individu itu melarikan diri pada penyesuian diri yang salah.
e)    Lingkungan sebagai Penentu Penyesuaian Diri
§  Pengaruh rumah dan keluarga merupakan faktor terpenting karena keluarga merupakan interaksi sosial yang pertama diperoleh individu yang akan dikembangkan oleh masyarakat.
§  Hubungan orang tua dan anak : pola hubungan ini dapat dipengaruhi penyesuian diri yaitu dengan orang tua menerima anaknya dengan baik, memberi kelonggaran dalam bertindak pada anak tanpa adanya disiplin yang berlebihan namun masih tetap dalam pemantauan, tidak memanjakan anak secara berlebihan, dan menerima kehadiran anak sebagai suatu berkah.
§  Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak gejala tingkah laku salah satu bersumber dari keadaan lingkungan masyarakat. Pergaulan yang salah di kalangan remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya.
§  Sekolah mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral para siswa. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak di sekolah akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.
4.    Kultural dan Agama sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Proses penyesuaian diri anak mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor kultur agama. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya serta memberikan tuntunan bagi arti, tujuan dan kestabilan hidup umat manusia.

G.           Implikasi Penyesuaian Diri dengan Proses Pembelajaran
Ditinjau dari segi pendidikan khususnya dalam segi pembelajaran, yang penting adalah bahwa potensi setiap peserta didik (termasuk kemampuan intelektualnya) harus dipupuk dan dikembangkan. Untuk itu sangat diperlukan kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan berkembangnya kemampuan intelektual tersebut.
Conny Semiawan (1994) mengemukakan bahwa dua buah kondisi yaitu keamanan psikologis dan kebebasan psikologis. Peserta didik akan merasa aman secara psikologis apabila:
1.    Pendidik dapat menerima peserta didik sebagaimana adanya tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannnya serta memberi kepercayaan padanya bahwa ia baik dan mampu.
2.    Pendidik mengusahakan suasana dimana peserta didik tidak merasa dinilai oleh orang lain.
3.    Pendidik memberi pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi anak, dan melihat dari sudut pandang anak.
Dalam hal ini pendidik hendaknya menyadari benar-benar bahwa perkembangan intelektual anak berada ditangannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
1.    Menciptakan interksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
2.    Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orang-orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan akan sangat menunjang perkembangan intelaktual anak.
3.    Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik mlalui kegiatan olah raga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berfikir peserta didik.
4.    Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik baik melalui mass-media cetak maupun menyediakan situasi yang memungkinkan peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya, sengat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.

H.           Permasalahan-permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Permasalaha-permasalahan penyesuaian diri pada remaja kebanyakan dipicu oleh sikap orang tua. Misalnya saja ada sikap orang yang sering melakukan tindakan penolakan terhadap anaknya, apa yang dilakukan anaknya merupakan hal yang salah, mungkin saja orang tua semacam ini tidak menginginkan kehadiran anak tersebut (Zakiah Darajat : 1983).
Ada pula orang tua yang terlalu mengisolir anaknya untuk bergaul dengan orang lain, hubungan orang tua yang retak, mengikuti tempat tinggal orang tua yang berpindah-pindah, penerapan disiplin yang berlebihan, kurangnya perhatian yang lebih, pergaulan bebas, frustasi dalam menghadapi konflik yang berat dan masih banyak lagi permasalah-permasalahan lainnya sehingga membuat anak itu terkadang mengambil proses penyesuaian diri ke arah yang positif maupun ke arah yang negatif (salah).
I.              Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan

1.    Faktor fisik
Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikn sarana dan prasarana
yang ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya:
tempat didik yang kurang seuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup. Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olah raga bagi peserta didik di luar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstrakurikuler kelompok olah raga, beladiri, dan sejenisnya.

2.    Faktor emosional
Perkembangan emosi peserta didik sengat erat kaitannya dengan faktor-faktor: perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam hubungannya dalam teman-teman, perubahan pandangan luar (dunia luar) dan perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi, bahkan diramalkan pasti dapat terjadi. Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya ditangani dengan sikap yang tenang dan santai. Orang tua dan pendidik harus bersikap tenang, bersuasana hati baik dan penuh pengertian. Orang tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan kegelisahannya maupun ikut terbawa emosinya dalam menghadapi emosi remaja. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi luapan emosi peserta didik perlu dihindari larangan yang tidak terlalu penting. Mengurangi pembatasan dan tututan terhadap remaja harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Sebaiknya memberi tugas yang dapat diselesaikan dan jangan memberi tugas dan peraturan yang tidak mungkin di lakukan.

3.    Faktor Sosial-Kultural
Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap
dirinya bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum
dewasa. Dengan beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka melepaskan diri dari orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya untuk bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkunga teman memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas
untuk mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas yang memegang kekuasaan penuh sepeerti ketika anak-anak belum menginjak remaja, maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan. Untuk itu rambu-rambu berikut dapat digunakan sebagai titik tolak untuk pengembangan hubungan sosial peserta didik:
a)    Sekolah harus merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian peserta didik.
b)   Saling menghargai merupakan kunci yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah yang timbul dalam hubungan dengan peserta didik yang bertabiat apapun
c)    Pola pengajaran yang demokratis merupakan alternatif yang sangat bermanfaat bagi guru.

4.    Faktor Bakat Khusus
Berbeda dengan kemampuan yang menunjuk pada suatu “performance” yang
dapat dilakukan sekarang, bakat sebagai potensi masih memerlukan latihan dan
pendidikan agar “suatu performance” dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Semiawan, 1987; Munandar, 1992). Hal ini memberikan pemahaman bahwa bakat khusus sebagai “potential ability” untuk dapat terwujud sebagai “performance” atau perilaku yang nyata dalam bentuk suatu prestasi yang menonjol masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.

Langkah-langkah untuk menunjang perkembangan bakat umum maupun bakat
khusus supaya mencapai titik optimal di kalangan peserta didik usia sekolah menengah antara lain:
a)    Dikembangkan suatu situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan bakat-bakatnya, dengan selalu mengusahakan adanya dukungan psikologis maupun fisiologis.
b)   Dilakukan usaha menumbuh kembangkan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kegigihan dalam melakukanusaha dikalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait secara terpadu.
c)    Dikembangkannya program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan formal (sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada peserta didik yang memiliki bakat khusus menojol.

5.    Faktor Komunikasi
Tiga tingkatan kemampuan peserta didik sebagaimana dikemukakan di atas tentunya akan sangat mempengaruhi aktivitas komunikasi dua arah antara pendidik dengan peserta didik.
a)    Memberi penjelasan
Dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik (yang berkaitan dengan iptek), hendaknya:
1)   Menentukan hal-hal pokoknya dan hubungannya satu sama lainnya.
2)   Memberi penjelasan yang meyakinkan artinya menerangkan hal-hal yang benar dan menghindari penjelasan yang salah baik disengaja maupun tidak.
3)   Memberi penjelasan secara gamblang dan sederhana sehingga sehingga semua peserta didik dapat menangkapnya dengan baik.
4)   Menghindari berbicara dengan bahasa yang muluk, dan mengusahakan berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik.
5)   Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak jelas, tidak pasti dan tidak tegas.
6)   Memeriksa kembali penjelasan apakah semua peserta didik telah mengerti terhadap informasi yang disampaikannya.
b)   Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh pengajar dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertanyaan “tingkat tinggi” dan pertanyaan “tingkat rendah”. Pertanyaan tingkat tinggi adalah pertanyaan yang menuntut pemikiran abstrak, sedangkan pertanyaan tingkat rendah adalah pertanyaan yang menyangkut fakta, pengetahuan sederhana, dan penerapan pengertian.
Hal yang perlu diusahakan oleh pendidik dalam kaitannya dengan kegiatan
ini adalah:
1)   Mengulangi pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik dengan maksud agar peserta didik yang lain mengetahui secara jelas masalah yang ditanyakan.
2)   Menempatkan pertanyaan peserta didik dalam konteks keseluruhan bahan pelajaran.
3)   Merangsang peserta didik agar mau mengajukan pertanyaan.
4)   Merespon pertanyaan dengan baik.
c)    Memberikan Umpan Balik
Dengan umpan balik akan diketahui apakah komunikasi dua arah sudah tercapai dengan baik atau belum. Umpan balik ini berlaku baik dari pengajar
kepada peserta didik atau sebaliknya.

6.    Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan Peserta Didik
Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, maka proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara dua faktor yang sama-sama penting kedudukannya yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan. Keberadaan dua faktor tersebut tidak bisa dipisakan satu sama lainnya karena kenyataannya kedua faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri dalam operasionalnya.

Atas dasar sedikit informasi tersebut di atas, maka dapatlah ditarik beberapa
butir implikasi pertumbuhan/perkembangan/kematangan peserta didik terhadap
penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut:
a)    Pertumbuhan dan perkembangan manusia sejak lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang meliputi semua manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu.
b)   Interaksi manusia dengan lingkungannya sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan maupun penyesuaian diri pada lingkungan.
c)    Dalam interaksi sosial, manusia sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial yang dalam hal ini ialah keluarga.
d)   Atas dasar keterikatan dan kewajiban sosial para pendidik terutama orang tua, maka anak senantiasa berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta lingkungan psikis yang sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya.
e)    Setelah umur kronologis mencapai lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai tingkat kematangan intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmani yang lain.
f)    Kematangan sosial merupakan landasan bagi kematangan intelektual, karena perkembangan kecerdasan berlangsung dalam lingkungan sosial tersebut.
g)   Kematangan emosional melandasi kematangan sosial dan kematangan intelektual, karena sebagian besar tingkah laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisi perasaannya.
h)   Kematangan jasmani merupakan dasar yang melandasi semua kematangan sebagimana dimaksudkan di atas.
i)     Pendidik yang berkecimpung dalam pengasuhan anak dalam perkembangan di masa kanak-kanak hendaklah memperhatikan keterkaitan antara berbagai segi kematangan jasmani dan rohani anak dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
j)     Hasil-hasil belajar yang mendasari hidup bermasyarakat banyak dicapai oleh anak dalam keluarga terutama semasa masih kanak-kanak, yaitu sikap dan pola tingkah laku terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
k)   Iklim emosional yang menjiwai keluarga itu meliputi: hubungan emosional antara keluarga, kadar kebebasan menyatakan diri dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
l)     Seorang anak dimana anak sekolah adalah seorang realis yang hendak mengenal kenyataan di sekitarnya menurut keadaan senyatanya atau objektif apa adanya.
m) Pada umumnya anak masa sekolah dan masa remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang semakin kuat dan sehat. Sedangkan dalam segi ruhani ia mengalami perkembangan pengetahuan dan kemampuan berpikir yang pesat pula karena ditunjang oleh hasrat belajar yang sehat serta ingatan yang kuat.
n)   Pemahaman guru terhadap minat dan perhatian peserta didik akan sangat bermanfaat dalam perencanaan program-program pendidikan maupun pengajaran.
o)   Karakteristik umum pertumbuhan/perkembangan peserta didik ialah ditandai dengan: Kegelisahan, pertentangan, keinginan mencoba segala sesuatu, menghayal dan aktivitas berkelompok.

J.             Implikasi Proses Penyesuaian Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Dalam kaitannya dengan pendidikan, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami permasalahan.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan guru untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja khususnya disekolah adalah:
1.    Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah”.
2.    Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
3.    Memahami usaha anak didik secara menyeluruh.
4.    Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar
5.    Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar
6.    Menciptakan ruangan kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan
7.    Peraturan/tata tertib yang jelas dan dipahami murid-murid
8.    Teladan dari para guru dari segi pendidikan
Diharapkan pula setiap guru memiliki atau dituntut memiliki figur pendidik diantaranya:
1.     Memberi kesempatan, antusias dan berminat dalam kegiatan siswa.
2.     Ramah dan optimis
3.     Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau dan teratur tindakannya
4.     Senang kelakar, mempunyai rasa humor
5.     Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahan sendiri
6.     Jujur dan objektif dalam memperlakukan siswa.
7.     Menunjukkan pengertian dan rasa simpati dalam bekerja dengan siswa-siswanya.
8.     Kerja sama dan saling pengertian para guru.
9.     Melaksanakan program BP yang baik.
10. Memiliki kepemimpinan yang penuh pengertian dan tanggung jawab.
11. Hubungan yang baik antara sekolah dan OT.












BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Penyesuaian diri remaja dipengaruhi oleh keadaan dimana lingkungan yang mengancam atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraan atau kenyamanan diri seseorang. Penyesuaian diri yang baik dilihat dari bagaimana keadaan keluarga, pergaulan dan bagaimana pembelajaran di sekolah. Pendidik berperan penting dalam implikasi proses penyesuaian remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan.
B.            Saran

1.    Orang tua sebagai pengawas penyesuaian diri remaja dalam lingkungan keluarga tidak hanya itu tetapi juga sebagai pembimbing ke arah pergaulan yang benar.
2.    Guru sama pentingnya dengan peran orang tua, akan tetapi guru berperan penting dalam penyesuaian diri remaja di lingkungan sekolah.
3.    Sebagai remaja juga harus bisa menyesuaikan diri dengan cara yang benar dan tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas dengan cara menghadapi masalah secara langsung, penjelajahan, coba-coba, mencari pengganti, menggali kemampuan pribadi, belajar, inhibisi dan pengendalian dir, dan perencanaan yang cermat.











DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar