Rabu, 11 Mei 2016

TOLERANSI INTER DAN ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM ISLAM



MAKALAH PRESENTASI STUDI ISLAM 3
TOLERANSI INTER DAN ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM ISLAM







DISUSUN OLEH KELOMPOK VI:
VIKA VALENTINA                                       (1384202011)
DESI ANGGRAINI                                       (1384202010)
DEDE IYAN AGUS Y                                  (1384202059)
OKTA DIANA SARI                                                (1384202039)

KELAS                                : 3A
DOSEN PENGAMPU     : Drs. FIKRIE M.E.
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH KOTABUMI-LAMPUNG
T.P. 2014/2015
KOTABUMI, 15 SEPTEMBER 2014

TOLERANSI DALAM AGAMA ISLAM

A.           Pengertian Toleransi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.
Jadi, toleransi beragama adalah  sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.

B.            Karakteristik Toleransi
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain:
1.    Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
2.    Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan
3.    Kelemahlembutan karena kemudahan
4.    Muka yang ceria karena kegembiraan
5.    Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
6.    Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
7.    Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi
8.    Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada rasa keberatan.

C.           Toleransi Dalam Islam
Kaidah toleransi dalam Islam berasal dari ayat Al-Qur'an laa ikraaha fi al-diin yang berarti tidak ada paksaan dalam agama. Toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan. Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting yang ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan senantiasa mengingatkan kita akan keragaman manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adat-istiadat, dsb.  Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing. Keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah “barang baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir.

 أَحَبٌّ الدِّيْنِ إِلىَ اللهِ الحَنِيْفِيَّةُ السَّمْحَة  
Artinya: “agama yang paling dicintai di sisi Allah adalah agama yang berorientasi pada semangat  mencari kebenaran secara toleran dan lapang”.

D.           Toleransi Antar Sesama Muslim
Dalam firman Allah SWT QS. Al-Hujurat ayat 10
Artinya: “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.

Dalam surat diatas Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman diantara 2 orang atau kelompok kaum muslim.
Dalam mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan menyikapi perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada keluarga/saudara kita sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian dan pada akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama, al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah).

E.            Toleransi Antar Umat Beragama
Toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah, dari satu pihak ke pihak lain. Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong-menolong. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Allah SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan kita bermu’amalah dari sisi kemanusiaan kita.
Allah juga menjelaskan tentang prinsip dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling menghujat.
Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar pemeluk agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan, hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling menyalahkan.
Firman Allah SWT pada QS. Saba:24-26:
24.  
Artinya: Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.

25.   Artinya: Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat".

26.   Artinya: Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, Kemudian dia memberi Keputusan antara kita dengan benar. dan Dia-lah Maha pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui".

F.            Contoh Sikap Toleransi

Contoh toleransi dalam kehidupan di masyarakat antara lain, yaitu:
1.      Adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara pemeluk agama.
2.      Tidak membeda-bedakan suku, ras atau golongan.
Adapun toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain:
1.      Merasa senasib sepenanggungan.
2.      Menciptakan persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan atau nasionalisme.
3.      Mengakui dan menghargai hak asasi manusia.
4.      Membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.
5.      Menghindari Terjadinya Perpecahan
6.      Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.
G.           Toleransi Umat Beragama di Indonesia
Gagasan ini muncul terutama dilatarbelakangi oleh meruncingnya hubungan antar umat beragama. Sebab munculnya ketegangan intern umat beragama tersebut antara lain:
1.    Sifat dari masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah atau misi.
2.    Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain.
3.    Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan memandang rendah agama lain.
4.    Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat.
5.    Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama, antar umat beragama, maupun antara umat beragama dengan pemerintah.
6.    Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
Pluralitas agama hanya akan bisa dicapai apabila masing-masing golongan bersikap lapang dada satu sama lain. Sikap lapang dada kehidupan beragama akan memiliki makna bagi kehidupan dan kemajuan masyarakat plural, apabila ia diwujudkan dalam:
1.    Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan kebiasan golongan agama lain yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan dan kebiasaan sendiri.
2.    Sikap saling menghormati hak orang lain untuk menganut dengan sungguh-sungguh ajaran agamanya.
3.    Sikap saling mempercayai atas i’tikad baik golongan agama lain.
4.    Perbuatan yang diwujudkan dalam:
·       Usaha untuk memahami ajaran dan keyakinan agama orang lain.
·       Usaha untuk mengemukakan keyakinan agama sendiri dengan sebijaksana mungkin untuk tidak menyinggung keyakinan agama lain.
·       Untuk saling membantu dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk mengatasi keterbelakangan bersama.
·       Usaha saling belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain sehingga terjadi saling tukar pengalaman untuk mencapai tujuan bersama.(Tarmizi Taher, 1997:9).

Kesimpulan
Toleransi adalah sifat atau sikap menghargai pendirian orang lain yang berbeda atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Kita boleh berbuat baik dan saling menghargai dan menghormati umat agama lain sebatas apa yang kita lakukan tidak dapat mencampuradukkan aqidah maupun ibadah serta tidak melukai keimanan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar