MAKALAH PRESENTASI STUDI ISLAM 3
TOLERANSI INTER DAN ANTAR UMAT
BERAGAMA DALAM ISLAM
DISUSUN OLEH KELOMPOK VI:
VIKA VALENTINA (1384202011)
DESI ANGGRAINI (1384202010)
DEDE IYAN AGUS Y (1384202059)
OKTA DIANA SARI (1384202039)
KELAS : 3A
DOSEN PENGAMPU : Drs. FIKRIE M.E.
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH KOTABUMI-LAMPUNG
T.P. 2014/2015
KOTABUMI, 15 SEPTEMBER 2014
TOLERANSI DALAM AGAMA ISLAM
A.
Pengertian Toleransi
Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris:
tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau
pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah
kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah
(terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan)
yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.
Jadi,
toleransi beragama adalah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak
mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut
agama-agama lain.
B.
Karakteristik Toleransi
Toleransi
menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu
antara lain:
1.
Kerelaan
hati karena kemuliaan dan kedermawanan
2.
Kelapangan
dada karena kebersihan dan ketaqwaan
3.
Kelemahlembutan
karena kemudahan
4.
Muka
yang ceria karena kegembiraan
5.
Rendah
diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
6.
Mudah
dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian
7.
Menggampangkan
dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi
8.
Terikat
dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada rasa keberatan.
C.
Toleransi Dalam Islam
Kaidah
toleransi dalam Islam berasal dari ayat Al-Qur'an laa ikraaha fi al-diin
yang berarti tidak ada paksaan dalam agama. Toleransi mengarah kepada sikap
terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan. Landasan dasar
pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
Artinya:
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Toleransi
antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting
yang ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan senantiasa mengingatkan kita
akan keragaman manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit,
adat-istiadat, dsb. Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk
pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala
bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk
menjalankan keyakinan agama masing-masing. Keyakinan umat Islam kepada Allah
tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan
mereka. Demikian juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang
penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau
toleransi dalam Islam bukanlah “barang baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam
kehidupan sejak agama Islam itu lahir.
أَحَبٌّ الدِّيْنِ إِلىَ اللهِ
الحَنِيْفِيَّةُ السَّمْحَة
Artinya: “agama yang paling dicintai di sisi Allah
adalah agama yang berorientasi pada semangat mencari kebenaran secara toleran
dan lapang”.
D.
Toleransi Antar Sesama Muslim
Dalam firman
Allah SWT QS. Al-Hujurat ayat 10
Artinya: “Orang-orang
beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat”.
Dalam surat
diatas Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min bersaudara, dan memerintahkan
untuk melakukan ishlah (perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi
kesalahpahaman diantara 2 orang atau kelompok kaum muslim.
Dalam
mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai terlebih dahulu
dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan menyikapi perbedaan (pendapat)
yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada keluarga/saudara kita
sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau
keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita
semua adalah bersaudara. Maka akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian
dan pada akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan
pengamalan agama, al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk
kembali kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah).
E.
Toleransi Antar Umat Beragama
Toleransi
hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama
masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan
prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan
tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah, dari satu pihak ke pihak
lain. Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga
baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu
direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling
tolong-menolong. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah
urusan manusia, melainkan Allah SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran
di dalamnya. Sedangkan kita bermu’amalah dari sisi kemanusiaan kita.
Allah juga
menjelaskan tentang prinsip dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan
ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling menghujat.
Al-Qur’an
juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar pemeluk
agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan
persamaan, hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain dan tidak
perlu saling menyalahkan.
Firman Allah
SWT pada QS. Saba:24-26:
24.
Artinya: Katakanlah:
"Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?"
Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang
musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.
25.
Artinya: Katakanlah:
"Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami
perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat".
26.
Artinya: Katakanlah:
"Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, Kemudian dia memberi Keputusan
antara kita dengan benar. dan Dia-lah Maha pemberi Keputusan lagi Maha
Mengetahui".
F.
Contoh Sikap Toleransi
Contoh toleransi
dalam kehidupan di masyarakat antara lain, yaitu:
1. Adanya sikap saling menghormati dan
menghargai antara pemeluk agama.
2. Tidak membeda-bedakan suku, ras atau
golongan.
Adapun
toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain:
1. Merasa senasib sepenanggungan.
2. Menciptakan persatuan dan kesatuan,
rasa kebangsaan atau nasionalisme.
3. Mengakui dan menghargai hak asasi
manusia.
4. Membantu orang lain yang membutuhkan
pertolongan.
5. Menghindari Terjadinya Perpecahan
6. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima
Perbedaan
Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah.
Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah
dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang
menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama
yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang
terikat dalam Piagam Madinah.
G.
Toleransi Umat Beragama di Indonesia
Gagasan ini
muncul terutama dilatarbelakangi oleh meruncingnya hubungan antar umat
beragama. Sebab munculnya ketegangan intern umat beragama tersebut antara lain:
1. Sifat dari masing-masing agama, yang
mengandung tugas dakwah atau misi.
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk
agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain.
3. Para pemeluk agama tidak mampu
menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan memandang rendah agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang
teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat.
5. Kecurigaan masing-masing akan
kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama, antar umat beragama, maupun
antara umat beragama dengan pemerintah.
6. Kurangnya saling pengertian dalam
menghadapi masalah perbedaan pendapat.
Pluralitas
agama hanya akan bisa dicapai apabila masing-masing golongan bersikap lapang
dada satu sama lain. Sikap lapang dada kehidupan beragama akan memiliki makna
bagi kehidupan dan kemajuan masyarakat plural, apabila ia diwujudkan dalam:
1. Sikap saling menahan diri terhadap
ajaran, keyakinan dan kebiasan golongan agama lain yang berbeda, yang mungkin
berlawanan dengan ajaran, keyakinan dan kebiasaan sendiri.
2. Sikap saling menghormati hak orang
lain untuk menganut dengan sungguh-sungguh ajaran agamanya.
3. Sikap saling mempercayai atas i’tikad
baik golongan agama lain.
4. Perbuatan yang diwujudkan dalam:
·
Usaha untuk
memahami ajaran dan keyakinan agama orang lain.
·
Usaha untuk
mengemukakan keyakinan agama sendiri dengan sebijaksana mungkin untuk tidak
menyinggung keyakinan agama lain.
·
Untuk saling
membantu dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk mengatasi keterbelakangan
bersama.
·
Usaha saling
belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain sehingga terjadi saling tukar
pengalaman untuk mencapai tujuan bersama.(Tarmizi Taher, 1997:9).
Kesimpulan
Toleransi
adalah sifat atau sikap menghargai pendirian orang lain yang berbeda atau yang
bertentangan dengan pendiriannya. Kita boleh berbuat baik dan saling
menghargai dan menghormati umat agama lain sebatas apa yang kita lakukan tidak
dapat mencampuradukkan aqidah maupun ibadah serta tidak melukai keimanan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar